TarianSufi di Zaman Nabi Muhammad SAW. Ketika perasaan sedih, gembira, atau lainnya meluap berkobar-kobar, manusia biasanya akan bertingkah di luar perilaku keseharian. Selagi masih manusia, maka ia bisa dibilang akan melakukan hal serupa baik dahulu maupun terkemudian. Di masa Rasulullah SAW pun peristiwa serupa terjadi. HomepageRecettesSauce à fondue Cari curry 8 août 2000Sauce à fondue Cari curry Préparation 5 minutes Total 5 minutes Portions 6 portions Crédits Catherine Marceau Ingrédients Préparation Ingrédients 1 tasse mayonnaise 3 cuillères à table cari 1 cuillère à table oignon blanc haché finement Préparation Étape 1Mélanger tous les ingrédients ensemble. Notes de l'auteur Vous pouvez modifier les quantités de curry et d'oignons au goût de chacun. Partage X Recettes Sauce à fondue Cari curry

Tarianini dimulai dengan doa-doa yang dipanjatkan oleh para penari, yang mengenakan kostum yang terdiri dari sikke (topi berbentuk kerucut) dan tennur (jubah berlengan panjang). Para pemula cenderung merasa pusing dan bahkan mungkin pingsan karena mereka tidak terbiasa dengan gerakan dari tarian Sufi ini, yang merupakan putaran berlawanan arah jarum jam yang cepat, simbol upaya untuk melawan

ArticlePDF AvailableAbstractSufi dance seeks to unite humans with God so that they are always close to the Creator so that with this sufi dance movement that performs circular movements, someone who does it will be more focused and the mind will subconsciously calm down. This is what makes sufi dance known as a medium for psychological therapy. This study aims to analyze the psychological developments experienced by sufi dancers who have experienced psychological disorders and can successfully disappear by doing this sufi dance. This study uses descriptive qualitative methods to explain the results of the research that has been done. The data obtained were sourced from observations, interviews and questionnaires. The data are classified into six categories and analyzed with theories obtained from source books as the basis for literature. The results show the dynamics of sufism in social life, sufi dance as a manifestation of sufism, sufi dance and culture, the role of sufi dance on psychology, Sufi dance methods as a medium of psychological therapy, and the psychological development of sufi dancers. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 99 How to cite Krisgianto, Utami, Angelita, & Wirajaya. 2022. Tari Sufi sebagai Media Terapi Psikologis dalam Ranah Islam. Kontekstualita Jurnal Sosial Keagamaan, 372, 99-116. Kontekstualita Jurnal Sosial Keagamaan Volume 37, Nomor 2, 2022 pp 99-116 DOI Tari Sufi sebagai Media Terapi Psikologis dalam Ranah Islam Krisgianto1*, Rizqa Dwi Utami2*, Tasya Angelita3, Asep Yudha Wirajaya4 1234Universitas Sebelas Maret, Jawa Tengah, Indonesia *corresponding author rizqadwi354 ABSTRACT Sufi dance seeks to unite humans with God so that they are always close to the Creator so that with this sufi dance movement that performs circular movements, someone who does it will be more focused and the mind will subconsciously calm down. This is what makes sufi dance known as a medium for psychological therapy. This study aims to analyze the psychological developments experienced by sufi dancers who have experienced psychological disorders and can successfully disappear by doing this sufi dance. This study uses descriptive qualitative methods to explain the results of the research that has been done. The data obtained were sourced from observations, interviews and questionnaires. The data are classified into six categories and analyzed with theories obtained from source books as the basis for literature. The results show the dynamics of sufism in social life, sufi dance as a manifestation of sufism, sufi dance and culture, the role of sufi dance on psychology, Sufi dance methods as a medium of psychological therapy, and the psychological development of sufi dancers. ARTICLE HISTORY Received 2022 Accepted 2022 Published 1 Desember 2022 KEYWORDS Psychology; Tasawuf; Sufi. 100 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya ABSTRAK Tari sufi berupaya untuk menyatukan diri manusia dengan Tuhan agar selalu dekat dengan Sang Pencipta hingga dengan gerakan tari sufi ini yang melakukan gerakan putar-memutar, seseorang yang melakukannya akan lebih fokus dan pikiran secara tidak sadar akan ikut tenang. Hal itu yang membuat tari sufi dikenal sebagai media terapi psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan yang terjadi dari segi psikologis yang dialami oleh penari sufi yang pernah mengalami gangguan psikologis dan dapat berhasil hilang dengan melakukan tari sufi ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan. Data yang diperoleh bersumber dari observasi, wawancara dan kuesioner. Data tersebut diklasifikasikan dalam enam kategori dan dianalisis dengan teori yang diperoleh dari buku sumber sebagai dasar literatur. Hasil penelitian menunjukkan dinamika pada ilmu tasawuf di dalam kehidupan bermasyarakat, tari sufi sebagai wujud dari tasawuf, tari sufi dan budaya, peran tari sufi terhadap psikologis, metode tari sufi sebagai media terapi psikologis, dan perkembangan psikologis penari sufi. Kata Kunci Psikologis; Tasawuf; tari Sufi. PENDAHULUAN Tasawuf merupakan dimensi dalam Islam yang mengandung sebuah ajaran mistik yang bermunculan pada abad ke-9 Masehi, yaitu sekitar dua ratus tahun setelah berdirinya agama Islam. Pada awal mulanya tasawuf lahir dari ajaran Islam, namun seiring berjalannya waktu tasawuf menjadi dimensi yang lebih universal meliputi ajaran mistik agama-agama di seluruh dunia. Terdapat keterkaitan mistisme dengan agama, diibaratkan sebatang pohon yang akar pohon tersebut merupakan amalan manusia dalam menjalankan agama tersebut, dan mistisisme terletak pada pohon tersebut Frager, 1999. Dalam nalurinya, mistisme tidak begitu jauh berbeda dengan tasawuf, karena seluruh mistisme yang ada di dunia memiliki tujuan satu yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan, seseorang yang mengamalkan tasawuf salah satunya adalah seorang sufi. Seorang sufi melakukan gerakan-gerakan dalam mendekatkan diri pada Tuhan. Seorang sufi yang mengikuti ajaran tasawuf dengan melakukan gerakan-gerakan memutar tanpa sadar yang disebut dengan tari sufi, yang merupakan karya dari seorang sufi ternama yang bernama Jalaluddin Rumi, asal Turki. Tari sufi atau yang dikenal dengan whirling dance merupakan bentuk ekspresi seorang hamba kepada Allah subhanu wa ta’ala dan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam yang memberi tuntunan bahwa Nabi Muhammad memiliki cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara berdzikir. 101 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya Maka dari itu Jalaluddin Rumi mengembanglan amalan dzikir tersebut yang diiringi gerakan putar-memutar sehingga tercipta karya tari sufi. Tari sufi dimulai berputar berlawanan arah jarum jam diawali dengan perlahan. Makna gerakan ini melambangkan alam semesta yang berputar dari garis edarnya. Posisi telapak tangan kangan menghadap ke atas di muka, sedangkan punggung tangan kiri menghadap ke bawah yang menyimbolkan yang akan diperoleh seorang hamba atas kemuarahan dan kasih sayang Allah yang disebarkan ke seluruh alam semesta Falah, 2015. Kemudian penari sufi berputar semakin cepat seiring waktu berjalan dan dari tarian sufi tersebut penari sufi dapat mencapai tingkatan untuk menyentuh puncak kesempurnaan. Gerakan berputar-putar yang begitu lama menunjukkan penari sufi tengah berada dalam kesadaran yang tinggi dan semakin sadar terhadap keberadaan dirinya di hadapan Sang Pencipta. Terapi psikospiritual umumnya pada kata tasawuf banyak didengar di manapun, ceritanya, bukan pengamalannya. Tasawuf harus dilakukan amalannya, karena sebuah topik yang hanya didengar dan dibicarakan mengenai tasawuf saja tidak cukup sebelum orang tersebut mengamalkannya. Sehingga makna tasawuf sendiri tidak hanya berupa omong kosong belaka Falah, 2015. Tasawuf dilakukan sebagai psikoterapi yang diamalkan oleh orang sufi untuk membersihkan diri dari hal-hal buruk dan hati menjadi lebih damai dan lebih tenang setelah melakukannya. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Falah, 2015 mengenai tasawuf dan psikoterapi yang membicarakan tentang makna tarian sufi Jalaluddin Rumi di Pondok Pesantren Roudlotun Ni’mah Kalicari Semarang. Pada penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mendeskripsikan makna tarian sufi Jalaluddin Rumi di lokasi penelitian. Pada proses melakukan tari sufi, seorang penari memulai awalan gerakan dengan melakukan sebuah ritual yang mencakup berwudhu seperti akan shalat, kemudian melakukan shalat sunah syukur wudhu, lalu diakhiri persiapan tersebut dengan dzikir untuk menutupi sesuatu yang melindunginya dari kotoran. Sebagai peribadatan dalam tasawuf yang menyentuh batin dengan ritual dan pergerakan yang terjadi, tari sufi menjadi penyembuhan dengan pendekatan spiritualitas. Proses yang terjadi pada tari sufi mendorong pelaku 102 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya tari sufi menuju pengalaman batin hingga menemukan kenikmatan jiwa Arroisi, 2018. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data bersumber dari wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan, lalu dilanjutkan dengan analisis buku literatur. Konsep pelaksanaan penelitian ini menggunakan konsep pelaksanaan online dan lapangan. Penelitian ini dilakukan secara online karena penelitian berupa wawancara dan kuesioner ini dilakukan secara online pada Zoom Meeting. Penelitian di lapangan juga dilakukan karena peneliti melakukan wawancara dengan informan ke lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik observasi yaitu bertujuan untuk menghimpun data melalui pengamatan terhadap informan. Wawancara juga dilakukan dengan informan yang sebelumnya telah disediakan beberapa pertanyaan untuk melakukan penelitian. Wawancara dilakukan di tempat komunitas sufi ABG, Jalan Sunan Giri, Dusun Tempuran, Desa Gandukepuh, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Untuk menganalisis datanya digunakan sumber penelitian berupa buku literatur yang relevan sebagai penunjang penelitian dan teori analisis yang dihubungkan dengan hasil penelitian. Lalu disimpulkan berdasarkan hasil penelitian dan analisis teori pada buku sumber penelitian. Penelitian ini termasuk pada penelitian sosial humaniora yang mengacu kepada pemasalahan masyarakat dimana peneliti menganalisis keadaan dan pengalaman penari sufi sesuai kenyataan yang dialami. Pembahasan pada penelitian ini dilakukan analisis pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada wawancara yang dilakukan oleh ketua dan anggota penari sufi dan kuesioner yang dilakukan oleh anggota tari sufi dan masyarakat. Data kemudian ditafsirkan dengan teori yang ada dengan menganalisis data hasil dari wawancara baik observasi, wawancara, maupun kuesioner. Data akan ditafsirkan apakah termasuk ke dalam ranah psikologis atau bukan. Kemudian dianalisis dengan buku literatur yang relevan. 103 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya HASIL DAN PEMBAHASAN Dinamika Tasawuf dalam Kehidupan Tasawuf merupakan bidang dalam keilmuan agama Islam yang dimaksudkan sebagai jalan atau tarekat untuk manusia menuju Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Dalam kehidupan manusia tidak lepas dengan pemikiran-pemikiran yang condong untuk mengesakan Tuhan. Hal ini sebagai bentuk pernyataan bahwa manusia sangat lah kecil dibandingkan dengan kebesan Tuhan. Di dalam tasawuf terdapat tiga teori yang menjadi pandanagn perilaku kehidupan manusia. Pandangan ini mencakup sifat-sifat baik pada manusia. Tasawuf dalam kehidupan manusia beragama dikaitkan dengan sikap dan pemikiran. Menempatkan tasawuf sebagai pemikiran untuk menghadapi masalah-masalah dan tantangan kehidupan sehari-hari dan menyebut bahwa Tuhan tempat kita untuk berserah diri Syukur, 2011. Tiga teori yang menjadi dasar perilaku kehidupan manusia yaitu tasawuf falsafi, tasawuf amali, dan tasawuf akhlaki. Pembagian tiga teori dalam tasawuf menjadi ciri utama jalan pikiran manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Teori tasawuf pertama, yaitu tasawuf falsafi. Tasawuf falsafi memandang bahwa ilmu tasawuf didasarkan atas pengaruf yang dirasakan. Tasawuf ini mengajarkan kehidupan masyarkat tentang keseimbangan perkembangan yang semakin modernisaasi. Menempatkan masyarakat dalam kehidupan sekarang yang matearialistik. Dengan tasawuf ini dapat dilihat betapa pentingnya keseimbangan pemikiran hidup untuk akhirat dan duniawi. Tasawuf falsafi menitikberatkan pada upaya kita untuk cinta dan menjadi kekasih Allah. Tasawuf falsafi mencakup tentang sejarah awal mula lahirnya tasawuf dan perkembangannya dalam agama Islam, sehingga menjadikan tasawuf sebagai ilmu yang dapat berdiri sendiri. Tasawuf falsafi memadukan ajaran anatara visi intuitif dan visi rasional. Dengan begitu tidak dapat dipandang sebagai filsafat karena ajaran dan metode berdasarkan rasa Syukur, 2011. Kedua, tasawuf amali. Tasawuf amali memfokuskan pemikiran manusia dalam kehidupan yang memiliki sifat untuk mendekatkan diri dan berserah pada Allah. Hal ini mencerminkan pada thariqah yang membedakan penari sufi satu dengan yang lain. Thariqah ini meupakan gambaran kemampuan seseorang 104 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya untuk mendekatkan diri pada Allah. Kemudian untuk kemampuan yang membutuhkan bantuin orang lain untuk mendekatkan diri kepada Allah melahirkan komunitas atau kelompok masyarakat yang memiliki orientasi pemahaman yang sama. Sehingga dengan muncullnya kelompok masyarakat ini menjadi amalan yang melekat pada sifat manusia untuk saling berbagi ilmu maupun harta yang sifatnya duniawi. Orang yang mengamalkan ilmu tasawuf akan tercermin keseimbangan hidup antara urusan dunia dan akhirat. Sebenarnya dengan adanya tasawuf ini membuat manusia tidak lupa dengan jati diri mereka. Manusia hanya patuh untuk menjalankan kewajiban-kewajiban di dunia hanya untuk bekal di akhirat nanti. Bukan berarti tasawuf dalam kehidupan masyarkat menjadi pengekang untuk selalu berbuat baik, tetapi kesadaran manusia sendiri dalam memikirkan kehidupan di akhirat. Sehingga timbullah keinginan untuk mencari jalan menuju kecintaan Allah. Ketiga, akhlaqi. Jenis tasawuf yang ketiga ini sangat melekat pada diri manusia. Manusia dalam kehidupan memiliki tiga macam akhlak atau kepribadian. Ada manusia yang akhlaknya baik, sedang, dan ada pula yang memiliki akhlak buruk. Hal ini ditentukan pula dari diri masing-masing orang menaruh tasawuf atau tidak dalam kehidupannya. Orang yang senantiasa merangkul ilmu tasawuf dalam dirinya akan berkepribadian yang baik untuk mencapai cinta dan menjadi kekasih Allah. Sebaliknya orang yang tidak memiliki rasa empati untuk mendalami ilmu tasawuf tidak akan berpikir sejauh mana kecinttan Allah terhadap dzat yang Dia ciptakan dan kecintaan manusia terhadap Allah sebagai Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Tasawuf akhlaqi juga dipandang sebagai cara penyucian diri. Penyucian diri ini meliputi proses manusia untuk meraih kesucian jiwa dan raga di mata Allah. Hal ini sangat berguna untuk kebahagiaan manusia baik di dunia maupun akhirat. Terdapat tiga unsur dalam tasawuf akhlaqi yaitu takhalli, tahalli, dan tajah. Takhalli merupakan sifat manusia untuk melakukan pengosongan diri dari sifat-sifat yang tercela, seperti iri, berprasangka buruk, berbohong, suka mencuri, tidak suka terhadap kebahagiaan orang lain dan lain-lain. Takhalli dimaksudkan agar manusia memiliki sifat-sifat yang terpuji, sehingga mencapai kebahagiaan yang optimal. Tahalli merupakan pengosongan sifat-sifat tercela, dimaksudkan agar kita untuk mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji dan 105 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya disukai Allah. Sifat terpuji seperti saling membantu sesama manusia, dermawan, menjalankan kewajiban Allah dan menjauhi laran-Nya, sabra, tawakal, ikhlas, serta sifat terpuji lainnya. Tajali merupakan hati yang bersih. Hati yang bersih ini sebagai hasil dari kedua unsur sebelumnya. Setelah pengosongan sifat-sifat tercela dan menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, maka lahirlah hati yang bersih. Hal ini membuat manusia dapat menangkap cahaya ketuhanan, yaitu cahaya yang sangat terang. Ketiga teori tasawuf tersebut merupakan bentuk untuk terapi psikologis dalam ranah Islam. Dalam hal psikologis bagaiman manusia menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah kehidupan dengan ajaran Islam untuk mendekatkan dan berserah diri pada Allah. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia dalam kehidupan tidak lepas dari masalah yang dihadapi. Masalah ini dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti hilangnya jati diri, putus asa, emosional, ketakutan, malas, berprasangka buruk, dan lain sebagainya. Dengan tasawuf ini merupakan jalan untuk mengobati penyakit-penyakit diri yang berhubungan dengan psikologis manusia. Al-Hujwiry mengatakan bahwa sumber pengetahuan dibagi menjadi dua jenis, yaitu Ketuhanan dan kemanusiaan. Ia menggolongkan pengetahuan tentang Ketuhanan menjadi tiga macam, yaitu pengetahuan tentang Zat dan Ke-Esaan Tuhan, pengetahuan tentang sifat-sifat Tuhan, dan pengetahuan tentang tindakan-tindakan dan kebijaksanaan Tuhan. Tari Sufi sebagai Wujud Tasawuf Tasawuf merupakan konsep, ajaran, teori tentang hubungan manusia dengan Tuhan yang sangat dekat. Kedekatan tersebut diperoleh dengan menghindari ketergantungan terhadap nafsu dan Hasrat duniawi untuk memperoleh kedekatan yang sebenarnya, yaitu kedekatan hati dan perasaan. Hasrat dan nafsu terhadap duniawi yang bersifat kebendaan merupakan sumber adz-dzulumat kegelepan yang berakibat manusia tidak dapat melihat an-nur cahaya. Berbeda dengan pemahaman tasawuf pada masa sekarang, dahulu tasawuf sudah dikerjakan oleh para sahabat dalam kegiatan sehari-hari. Tasawuf tersebut dilakukan sebagai perilaku hidup sederhana dengan jalan zuhud. Perilaku zuhud tersebut bukan sebagai gerakan spiritual pada zaman sahabat. Praktik zuhud ini kemudian berkembang sebagai paham dan gerakan spiritual dalam Islam pada masa-masa sekarang. Awal mula ajaran ini disebut 106 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya sebagai tasawuf adalah padda abad ke-2 Hijriah di Kuffah dan Basrah. Keberadaan nama tasawuf menjadikan istilah sufi sebagai julukan bagi para pelaku zuhud akhirnya muncul Bakri & Saifuddin, 2019. Tasawuf dipandang dalam tiga sisi, yaitu sebagai suatu bidang keilmuan akhlaki, sebagai sebuah amalan keagamaan amali, dan sebagai bentuk sikap dan pemikiran falsafi. Tasawuf akhlaki lebih memfokuskan pada kejiwaan. Hal itu berkaitan dengan cara mengatur sikap dan mental seseorang. Jika seseorang telah mampu menyucikan jiwa, maka akan dilanjutkan pada tingkatan tasawuf amali. Tasawuf amali yaitu bentuk praktik tasawuf dalam pengamalan yang lenih dikenal dengan thariqoh atau tarekat. Sementara itu, tasawuf yang ajaran atau konsepnya memadukan antara visi intuitif dan visi rasional merupakan pengertian dari tasawuf falsafi. Berbeda dengan kedua sisi tasawuf sebelumnya, tasawuf falsafi dikatakan sebagai ilmu tasawuf yang tidak murni sebab konsep ajarannya sering dipengaruhi oleh ajaran-ajaran filsafat Bakri & Saifuddin, 2019. Unsur utama dalam tarekat adalah guru sufi yang menurunkan ilmunya kepada para murid. Kedudukan seorang guru sangat krusial dan mulia bagi para murid. Kedudukan guru dengan pengalaman rohani yang berbeda-beda menghasilkan aliran atau mahzab dalam dunia tasawuf. Meskipun demikian, tujuan dari masing-masing mahzab dalam tasawuf adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Unsur tarekat selanjutnya adalah murid yang dibimbing oleh guru berdasarkan pengalaman rohani yang didapat. Unsur tarekat yang ketiga adalah bai’at, yaitu janji atau ikrar murid kepada guru untuk setia dan berusaha konsisten dalam menempuh ilmu tasawuf dengan taat dan hormat Bakri & Saifuddin, 2019. Di antara ribuah mahzab tasawuf dalam tarekat, terdapat salah satu mahzab terkenal, yaitu tarekat Maulawiyah. Tarekat ini didirikan oleh Muhammad Jalal al-Din Rumi atau yang lebih dikenal dengan Jalaluddin Rumi. Maulawiyah diambil dari kata Maulana yang berarti guru kami. Tarekat Maulawiyah memiliki ciri unik dalam praktiknya, yaitu sema’. Perjalanan spiritual menjadikan pengalaman rohani Rumi begitu penting dalam teknis praktik tarekatnya. Rumi sangat mencintai musik dan seni sehingga tercipta sema’ sebagai praktik tarekat Maulawiyah. Sema’ merupakan tarian berputar dengan melantunkan zikir-zikir dan selawat Bakri & Saifuddin, 2019. 107 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya Sema adalah wujud proklamasi dan pernyataan tekstual kepada semesta, bahwa dimensi sakral, atmosfir wilayah cinta Tuhan dan kesadaran atas kefanaan seorang hamba dapat dijelajahi lewat sebuah tarian dan nyanyian syair. Ia merupakan seni perasaan yang ditransfer melalui gerak tubuh dan lantunan syair. Semuanya akan bermuara pada perubahan yang memabukkan dari dimensi trans, gelombang ekstase. Di sinilah manusia menemukan kedamaian hakiki yang tak dapat dirasakan di luar sana Fanani, 2011. Hal itu dilakukan dalam keadaan tidak dapat mengontrol tubuh ketika mendengar selawat dilantunkan. Kemudian, pikiran menjadi kosong dan hanya mampu ingat kepada Allah. Tidak jarang, seorang penari sampai menangis karena teringat dosa-dosa yang pernah dilakukan. Sema’ di dunia Barat dikenal dengan The Whirling Darvish Para Darwis yang Berputar. Di Indonesia, sema’ dikenal dengan Tari Sufi. Akan tetapi, terdapat perbedaan dari keduanya, seorang penari sufi belum sampai pada tahap tarekat. Dalam artian mereka mempelajari sema’ sebagai wujud Tarekat Maulawiyah berupa ajaran-ajaran dasar. Begitu pula para penari di Sanggar ABG Angudi Berkahing Gusti di Desa Gandukepuh, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Jadi, seorang penari sufi belum berada di tingkat tarekat yang sama seperti seorang darwis Nurdin, 2021. Tari Sufi, Bahasa, dan Budaya Tari Sufi atau dikenal whirling dervishes adalah tarian Islam karya seorang sufi dari Turki bernama Maulana Jalaludin Rumi. Rumi merupakan seorang pujangga Sufi dari tanah Persia. Tari Sufi diciptakan sebagai perwujudan dari bentuk ekspresi kecintaan manusia terhadap Allah Sang Pencipta dan Maha Besar. Tari Sufi juga dilakukan untuk mendoakan Nabi Muhammad Saw. Salah satu ajaran Nabi Muhammad Saw. ialah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mendekatkan diri sebagai jalan untuk mengatasi permasalahan duniawi. Dalam hal psikologis seperti masalah mental. Manusia memiliki mental yang daopat terganngu. Tari Sufi inilah media untuk penyumbuhan atau terapi psikologis manusia dalam ranah Islam. Rumi menciptakan Tari Sufi dengan cara berputar-putar berlawanan arah jarum jam dan berzikir. Tari sufi adalah salah satu peribadatan dalam tasawuf. Tasawuf sering dianggap ilmu yang melangit karena tasawuf sendiri menyentuh hal batin dan mistik, maka disebut dengan mistisme Islam. Bahkan perbincangan ini yang 108 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya membuat tasawuf dianggap kontroversial. Akan tetapi, anggapan yang kontroversial tersebut menurut Syekh Muhammad Hisyam Kabbani disebabkan karena adanya praktik-praktik tasawuf palsu atau pseudo-tasawuf yang praktiknya jauh menyimpang Bakri, 2020. Tarian merupakan budaya masyarakat yang patut untuk dilestarikan. Terlebih budaya dapat mencerminkan bahasa dan sikap masyarakatnya. Budaya mempengaruhi bagaimana masyarakat menggunakan bahasa sehari-hari untuk berinteraksi. Tari Sufi perlu dilestarikan keberadaanya, yang dimana tarian ini merupakan salah satu budaya masyarakat dari Turki yang kini menjadi budaya masyarakat Indonesia. Tari Sufi mengandung bahasa yang tercermin disetiap gerakan dan fisik penari. Ketika menari terdapat gerakan seperti orang sedang berdoa. Bahasa tubuh tersebut mengisyaratkan bahwa ketika menari para penari Sufi melakakan doa dan pemujaan kepada Allah untuk dirinya sendiri dan orang lain. Umumnya para penari Sufi memakai pakaian mirip jubah yang berwarna hitam atau putih. Namun, seiring perkembangan zaman pakaian Sufi berwarna tidah hanya hitam putih saja, bisa biru, hijau, dan lain-lain. Warna hitam sendiri menyimbolkan kuburan, sedangkan warna putih sebagai simbol kain kafan. Warna pakaian Tari Sufi bermaksud agar manusia senantiasa mengingat bahwa kematian tidak ada yang tahu kecuali Allah Sang Pencipta. Dengan begitu manusia menjadi lebih mengerti bahwa sebenarnya dunia ini fana dan yang kekal adalah kehidupan di akhirat kelak. Pakaian seperti jubah dengan rok yang lebar dan topi memanjang disebut sebagai sikke. Sikke ini melambangkan batu nisan wali dan sufi. Alas kaki yang dipakai oleh Penari Sufi disebut kuff. Kuff ini sering dipakai Nabi Muhammad Saw. disaat musim dingin dan ketika melakukan perjalanan. Dari pakaian yang dikenakan para penari sufi mengandung berbagai makna yang melekat pada diri manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Bahasa memendang bahwa tarian ini mengandung filosofi setiap pakaian dan gerakan tubuh pada penari sufi. Filosofi ini tentu berkaitan dengan budaya masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai agama dalam kehidupan. Tari Sufi sebagai salah satu budaya Islam yang memiliki nilai religius tinngi. Terlebih di Indonesia sendiri mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Budaya tarian ini diterima keberadaanya oleh masyarakat karena nilai 109 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya spiritualnya sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan psikologis. Budaya dapat pula diartikan sebagai tatanan masyarakat dalam kehidupan. Masyarakat yang berbudaya senantiasa memandang bahwa segala penciptaan akan sesuau memiliki latar belakang, maksud, dan tujuan. Budaya dan bahasa sebagai dua komponen yang saling mempengaruhi. Hal ini dapat dikatakan hubungan yang koordinatif. Keduanya saling berdampingan dikehidupan masyarakat. Tari Sufi menjadi cerminan untuk masyarkat agar berbahasa dan bertingkah laku yang baik dan terpuji. Tarian yang berciri khas berputar-putar ini hadir ditengah budaya masyarakat yang mulai terbawa dengan keindahan duniawi hingga lupa bahwa masih ada kehidupan di akhirat. Hal ini disebabkan karena kurangnya rasa cinta kepada Allah Sang Pencipta Alam Semesta. Melalui Tari Sufi ini lah media masyarakat yang mulai goyah dengan jati dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Tarian ini memberikan dampak positif untuk budaya dan bahasa masyarakata yang mengalami kemunduran. Tentunya dampak ini akan mempengaruhi bagimana kita bersikap sebagaimana manusia yang sesungguhnya sangat kecil dan hanyalah Allah Swt. Yang Maha Besar Salah satu kebudayaan berupa tarian khas ini perlu dilestarikan keberadaannya. Mengingat pentingnya kesehatan jiwa dan raga. Peran Tari Sufi terhadap Psikologis Psikologis merupakan bagian dari psikologi yang berkaitan tentang kejiwaan. Semua hal yang mempengaruhi jiwa seseorang akan menentukan psikologis seseorang. Semakin berkembangnya zaman, maka teknologi semakin canggih. Keberadaan teknologi tersebut mampu berakibat pada munculnya masalah psikologis. Kemajuan tekanologi akan menciptakan mesin-mesin dalam industri yang berakibat pada berkurangnya lapangan pekerjaan. Pengangguran menjadi dampak selanjutnya yang berakhir pada kesenjangan antara cita-cita dan realitas. Contoh kedua adalah kemajuan teknologi akan berakibat pada tingginya tuntutan pekerjaan. Kemudian, persaingan kerja semakin meningkat dan muncul masalah-masalah dalam lingkungan kerja, diri sendiri, dan materialistis. Kedua contoh tersebut berdampak pada hal besar, yaitu tekanan berat, seperti cemas, depresi, dan kehampaan spiritual permasalahan psikologis. 110 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya Dalam memilih jalan penyelesaian suatu masalah, manusia terkadang dan seringnya salah. Menganggap bahwa semua permasalah dapat diatasi dengan materi dan cara-cara fisikal. Padahal, tidak semua permasalahan bersifat jasmani. Permasalah psikolgis merupakan kunci utama yang besar dampaknya pada kesehatan jasmani. Permasalah psikologis tersebut dapat diatasi dengan hal-hal yang memuat unsur-unsur rohaniah dan spiritualitas. Psikologis sebagai bagian dari psikologi berkaitan erat dengan psikoterapi. Psikoterapi merupakan mekanisme pengobatan dalam psikologi. Fokus utama psikoterapi dalam psikologi mencangkup dua jenis, yaitu psikologi mempelajari perilaku sebagai upaya untuk menciptakan kesehatan mental dan psikologi mempelajari perilaku untuk mengubah perilaku abnormal manusia. Berdasarkan pengertian tersebut, psikoterapi dan tasawuf memiliki beberapa persamaan. Persamaan pertama, keduanya memiliki tujuan untuk menyembuhkan masalah kejiwaan. Tasawuf selalu fokus pada kejiwaan manusia sejak adanya Islam. Hal tersebut diharapakan agar seseorang dapat memiliki perilaku yang mulia yang pada akhirnya mengakibatkan ketentraman hidup Nurdin, 2021. Terdapat beberapa jenis psikoterapi, salah satunya adalah psikoterapi dengan pendekatan psikologi Islam. Menurut Mujib 2017, kepribadian manusia dibagi menjadi tiga, yaitu kepribadian mukmin, Muslim, dan muhsin. Psikoterapi dalam paradigma psikologi Islam lebih mengutamakan pada peningkatan-peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah. Hal itu dikarenakan gangguan psikologis yang dialami manusia lebih kepada kecemasan yang hadir akibat dari dosa-dosa yang telah dilakukan. Kualitas dan kuantitas ibadah yang baik dapat mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Kedekatan terhadap Tuhan dpat memicu kedamaian hati. Hati yang damai adalah kunci keadaan psikologis yang baik. Tari Sufi sebagai wujud tasawuf, memiliki fungsi psikoterapi. Hal tersebut ditunjukkan pada prinsip-prinsip psikoterapi yang sesuai atau sejalan dengan keberadaan Tari Sufi. Pertama, psikoterapi mendorong pasien untuk berani mendiskusikan hal-hal yang dialami, dan dirasakan mengganggu dan membuat perasaan pasien tidak tenang tanpa adanya penghakiman atas masalah yang didiskusikan Mujib, 2017. Sama halnya dengan psikoterapi, dalam Tari Sufi, seorang guru membiarkan para muridnya untuk menari 111 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya berputar disertai dengan zikir dan selawat. Dalam proses tersebut, para penari dibiarkan untuk mengakui segala dosa-dosa yang pernah dilakukan kepada Allah tanpa adanya protes dan penghakiman. Pengakuan dosa tersebut diharapkan dapat menuntun seorang penari untuk introspeksi dan mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk sebelumnya Nurdin, 2021. Kedua, tujuan akhir psikoterapi adalah adanya perubahan perilaku pasien agar dapat menyesuaikan diri secara efektif terhadap lingkungannya Nurdin, 2021. Begitu pula dengan Tari Sufi yang memiliki tujuan agar seorang penari dapat memahami mana yang baik dan mana yang salah dari introspeksi diri yang dilakukan dengan pendekatan jiwa kepada Tuhan. Menyucikan jiwa dari segala hal buruk sehingga dalam mengambil sikap saat menghadapi permasalahan dunia dapat lebih tertata emosinya. Emosi seseorang sangat berpengaruh tehadap cara bersikap. Semakin sabar seseorang, maka semakin tenang dan mampu memecahkan masalah tersebut tanpa ada hal berbau negatif yang terjadi, seperti berbicara kasar sehingga dapat memicu rasa sakit hati seseorang, adu jotos yang bahkan dapat membuat nyawa melayang, dan sebagainya. Metode Tari Sufi sebagai Media Terapi Psikologis Tari Sufi yang merupakan tarian bernuansa Islam untuk terapi psikologis terdapat tata cara untuk melakukannya. Tata cara ini diyakini akan mempercepat dalam memperoleh penyembuhan psikologis. Tata cara untuk melakukan Tari Sufi diyakini tidak membuat kepala pusing jika dilakukan dengan benar meskipun berputar-putar hingga berjam-jam. Tata cara untuk melakukan tarian ini dibagi menjadi dua, yaitu wajib dan pengembangan. Tata cara wajib pada Tari Sufi dengan berputarnya tubuh berlawanan arah jarum jam, artinya berputar dari kanan ke kiri seperti orang yang sedang umrah atau haji ketika melakukan ihram. Sementara tata cara pengembangan dari Tari Sufi diawali dengan jempol kaki kanan menginjak jempol kaki kiri. Kemudian tangan kanan memegang pundak kiri dan tangan kiri memegang pundak kanan. Bentuk seperti silang dengan tangan kanan berada di depan tangan kiri. Menundukkan kepala seperti orang yang sedang rukuk dalam Sholat. Menunduk ini sebagai simbol penghormatan kepada Allah, guru, dan orang tua. Pengembangan dalam segi gerakan ketika menari dapat berupa tangan di atas atau di bawah, tangan membentuk hati, tangan membentuk 112 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya seperti orang yang sedang berdoa, dan gerakan lain sesuai pikiran atau imajinasi penari sendiri. Ketika melakukan Tari Sufi tidak hanya berputar-putar saja, melainkan teknik-teknik untuk melakukannya harus dilakukan sesuai tata cara yang berlaku. Kemudian di dalam tarian ini terdapat bacaan yang harus dibaca sebelum dan ketika menari berlangsung. Bacaan untuk Tari Sufi yang paling utama adalah shalawat. Bacaan shalawat ini menjadi bacaan utama dikarenakan ketika bershalawat akan diikuti dengan dzikir. Shalawat sendiri berarti kita berdoa dan sekaligus berdzikir kepada Allah serta terlimpahkan rahmat kepada Nabi Muhammad Saw. Bacaan doa sebelum melakukan tari ini adalah Al-Fatihah. Hidiyah Fatihah merupakan doa atau wasilah. Wasilah dapat diartikan sebagai jalan atau jembatan yang menyegerakan doa kita cepat terkabul. Dengan demikian terdapat ritual sebelum melakukan Tari Sufi, yaitu melakukan wasilah atau tawasul. Dapat dikatakan bahwa bacaan Al-Fatihah ini sangat penting dalam Tari Sufi sebagai jalan doa cepat terkabulkan. Wasilah ini merupakan doa yang ditujukan untuk Nabi Muhammad, Syekh Abdul Kodir Jaililani, para guru, orang tua, Jalaludin ar-Rumi sebagai pencipta Tari Sufi, Syekh Syamsuddin al-Idris, dan Sanad yang merupakan tersambungnya ilmu kepada penari sufi. Kemudian ketika menari dapat membaca bacaan yang disebut zikir. Berbeda dengan shalawat yang pasti berzikir, untuk zikir sendiri belum tentu salawat. Bacaan dzikir lebih pendek daripada salawat, seperti Allah, Subhanallah, Alhamdulilah, dan lain sebagainya. Sebelum dan sudah melakukan Tari Sufi harus ada penghormatan yang dilakukan secara urut, meliputi 1 Penghormatan kepada orang tua; 2 Penghormatan kepada guru; 3 Penghormatan kepada pejabat; dan 4 Penghormatan kepada semua orang yang ada dalam satu ruang. Metode untuk melakukan Tari Sufi tersebut harus dilakukan dengan benar. Para penari tidak akan pusing jika langkah-langkah tersebut diterapkan, Bahkan ketika menari berlangsung dapat hidayah dari Allah seperti berada di tempat yang serba putih, melihat orang yang didoakan, hingga tidak bisa berhenti sehingga hanya bisa berhenti jika ada orang lain yang membantu untuk berhenti menari. 113 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya Perkembangan Psikologis Penari Sufi Kuesioner yang telah dibagikan pada tanggal 28 Juni–5 Juli 2021 mendapatkan sepuluh responden dari anggota Sanggar Tari Sufi ABG Angudi Berkahing Gusti Desa Gendukepuh, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Usia mayoritas responden adalah 70% 20-21 tahun, sedangkan sisanya berusia 11-14 tahun. Sepuluh responden tersebut memiliki kesibukan yang berbeda-beda dalam menghabiskan waktu setiap harinya. Empat dari responden adalah pelajar, sedangkan sisanya adalah bekerja swasta, santri, dan kursus jahit. Hasil yang didapat dari kuesioner kepada anggota Sanggar Tari Sufi ABG adalah lama waktu bergabung dengan sanggar tersebut. 60% responden memiliki pengalaman bergabung dan mempelajari Tari Sufi selama kurang lebih dua tahun. Responden memiliki alasan yang berbeda-beda saat awal mula bergabung dengan sanggar tari tersebut. Berdasarkan bermacam-macam bentuk alasan yang disampaikan, dapat digolongkan menjadi empat alasan utama, yaitu 1 Berawal dari rasa tertarik dan keinginan menjadi seperti penari sufi lainnya, namun setelah lebih mengetahui hakikat tari Sufi yang sesungguhnya, maka ingin lebih mendalami, 2 Ingin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, 3 Tertarik pada majlis atau sanggar ABG dan ingin tahu lebih lanjut, dan 4 Keindahan. Alasan mayoritas responden adalah untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Hal tersebut disadari responden ketika merasa bahwa dirinya terlalu banyak bergantung dan menghabiskan waktu untuk masalah yang berkaitan dengan duniawi. Maka, ketika menyadari kesalahan tersebut, responden merasa bersalah dan melakukan Tari Sufi sebagai media untuk lebih mendekatkan diri, dari segi hati dan perasaan, kepada Allah. Alasan selanjutnya berawal dari rasa tertarik terhadap keunikan Tari Sufi. Tarian yang dari mata orang biasa hanya tampak seperti berputar-putar saja menjadi keunikan dan ciri khas dari Tari Sufi. Berbagai pertanyaan muncul berkaitan dengan rasa pusing yang mungkin tidak dirasakan oleh para penari menjadi dasar keinginan responden untuk bisa seperti penari sufi. Alasan berikutnya anggota Sanggar ABG tertarik terhadap majelis atau sanggar tari tersebut. Awal mula karena melihat bahwa sanggar tari yang sederhana mampu menampilkan penari yang bisa berputar dan terus melantunkan zikir kepada Allah menjadikan responden tertarik untuk bergabung dan mempelajari hal-hal yang diajarkan guru sanggar 114 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya kepada penari hingga bisa berputar-putar sembari berzikir dengan terlihat tanpa merasa pusing dan sakit. Alasan terakhir adalah terkait keindahan tarian. Responden menganggap bahwa tari sufi yang dipraktikan dengan berzikir dan berselawat merupakan keindahan yang menarik. Sebagaimana pada alasan sebelumnya, keindahan Tari Sufi justru terletak pada keunikan tarian yag hanya terdiri dari gerakan berputar terus-menerus. Keindahan juga terletak pada bacaan-bacaan yang dilantunkan penari ketika berputar. Berkaitan dengan lama waktu dan pengaruhnya terhadap psikologis, 70% responden merasakan pengaruhnya dalam psikologis. Pertama, tercipta ketenangan jiwa dan kedamaian hati. Setelah mengikuti Sanggar Tari Sufi ABG, responden yang awalnya merasa tidak memiliki kedamaian hati akibat dari masalah-masalah yang menekan daripada hal-hal duniawi. Kedua, terdapat perubahan perilaku dalam hal positif. Hati yang tenang dan damai akan berpengaruh dalam cara bersikap saat menghadapi suatu hal yang berkaitan dengan masalah-masalah atau lingkungan responden. Perubahan sikap yang terjadi yaitu, lebih sabar dan tidak tergesa-gesa dalam segala hal, mampu berpikir cepat dan logis, lebih percaya diri, dan lebih fokus dalam mengerjakan suatu hal. Tari sufi dengan keindahan dan gerakan berputarnya dapat menyentuh kalbu lewat sentuhan spiritual yang tersirat, sehingga berdampak pada kasih sayang dan akhlak yang mulia Kristina, 2019. SIMPULAN Tari sufi berdampak positif dalam bersikap sebagaimana manusia yang sesungguhnya sangat kecil dan hanyalah Allah Subhanu Wa Ta’ala Yang Maha Besar. Tari Sufi merupakan salah satu kebudayaan berupa tarian khas yang perlu dilestarikan keberadaannya, mengingat pentingnya kesehatan jiwa dan raga. Tata cara untuk melakukan tari sufi tidak menimbulkan efek pusing jika dilakukan dengan benar meskipun berputar-putar hingga berjam-jam. Metode untuk melakukan Tari Sufi harus dilakukan dengan benar. Para penari tidak akan pusing jika langkah-langkah tersebut diterapkan, Bahkan ketika menari berlangsung sebagian akan dapat hidayah dari Allah seperti berada di tempat yang serba putih, melihat orang yang didoakan, hingga tidak bisa berhenti sehingga hanya bisa berhenti jika ada orang lain yang membantu untuk berhenti menari. Tari sufi bisa dijadikan sebagai media terapi psikologis bagi orang-orang yang mengalami masalah-masalah duniawi, sehingga seorang yang 115 P-ISSN 1979-598X; E-ISSN 2548-1770 Krisgianto, Rizqa Dwi Utami, Tasya Angelita, Asep Yudha Wirajaya melakukan tari sufi dapat pengaruh positif terhadap kehidupannya. Para penari Sufi menjadi lebih tenang dan lebih berhati-hati dalam bertindak karena beranggapan bahwa kehidupan duniawi hanyalah kehidupan yang semata-mata tempat singgah, bukan parameter kehidupan yang abadi. REFERENSI Arroisi, J. 2018. Spiritual Healing dalam Tradisi Sufi. Jurnal Peradaban Islam. 142 323-348. Bakri, Syamsul dan Ahmad Saifuddin. 2019. Sufi Healing Integrasi Tasawuf dan Psikologi dalam Penyembuhan Psikis dan Fisik. Depok PT RajaGrafindo Persada. Bakri, S. 2020. Akhlaq Tasawuf Dimensi Spiritual dalam Kesejarahan Islam. Sukoharjo EFUDEPRESS. Dja’far, Halimah. 2015. Teologi Sufi Jalaluddin Rumi. Yogyakarta UIN Sunan Kalijaga Press. Falah, Ahmad Roisul. 2015. Makna Tarian Sufi Jalaluddin Rumi di Pondok Pesantren Roudlotun Ni’mah Kalicar. Skripsi. Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Walisongo. Tidak dipublikasikan. Fanani, Zainal. 2011. Sema whirling Dervis Dance Tarian Cinta Yang Hilang. Yogyakarta DIVA Pres. Frager, Robert. 1999. Psikologi Sufi Untuk Transformasi Hati, Jiwa, dan Ruh. Jakarta Zaman. Kristina, A. 2019. Tari Sufi dan Penguatan Pemahaman Keagamaan Moderat Kaum Muda Muslim Studi Kasus Tari Sufi Karanganyar, Jawa Tengah. Jurnal Sosial Budaya, 162. Mujib, Abdul. 2017. Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam. Jakarta RajaGrafindo Persada. Syukur, Amin. 2011. Sufi Healing Taerapi Dalam Literatur Tasawuf. Semarang Walisongo Press. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Syamsul BakriAhmad SaifuddinTasawuf sebagai aspek spiritual dalam Islam mistisisme Islam dalam sejarahnya juga dikembangkan dalam bentuk penyembuhan, atau yang dikenal dengan istilah sufi healing. Sufi healing merupakan produk ijtihadi ulama tasawuf dan ahli ilmu hikmah dalam membumikan nilainilai tasawuf sebagai media terapi untuk penyembuhan dan kesehatan. Pola penyembuhan yang demikian tergolong pola penyembuhan spiritual. Teknik penyembuhan spiritual spiritual medicine berbasis pada paradigma dasar bahwa spiritualitas dapat menjadi teknik pengobatan terhadap berbagai penyakit, baik penyakit fisik, psikis, mental maupun gangguan spiritual itu sendiri. Penyembuhan dengan metode tasawuf sudah berkembang dalam waktu yang sangat panjang. Bahkan menjadi pola penyembuhan alternatif yang banyak diminati masyarakat. Zikir-zikir dan laku-laku tasawuf secara umum akan memunculkan energi positif yang datang dari Allah Swt. yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, penyembuhan dan peningkatan spiritualitas. Di era kekinian, manusia mulai merasakan dampak-dampak yang tidak diharapkan dari perkembangan teknologi dan industri. Hal ini menginspirasi segenap kalangan untuk melirik model-model penyembuhan tradisional, agar memiliki imunitas spiritual sehingga dampak-dampak negatif arus industrialisasi dapat diantisipasi. Jarman ArroisiIn this modern era, some people are more often faced with the high social, economic, political, legal problems. As a result, difficult, anxious, and depression continue to overshadow, even inevitable sekes again. Various ways taken to reduce the burden, to healt of life. There are sports, yoga, going to clinic, alternative medicine, and others including counseling to a psychologist. Psychologists receive an order surge over this problem. But as its limitations, the problem never finished, even more so. This study is present to find out the failure of psychologists to solve problems and to find alternative solutions as models. The construction begins from a critical analytical to the human concept that psychologists believe. Then proceed by analyzing the pattern of overcoming the problem. On the basis of in-depth study, found that the psychologist's inability is not due to his method, but rather his concept of an incomplete human being. According to him humans have two dimensions jismiyah and nafsiyah, without belief aspects of ruhiyah as its essence. This concepts have implications for counseling that do not touch the essence of the real problem. The psychologist's point of view about human beings, and the pattern of unraveling such problems are different from those of the Sufis. To heal the mental healt, most of Sufis such as Robi'ah al-Adawiyah, Abi Yazid al-Bistami, al-Hallaj and al-Qushyairi prefer the spiritual approach as the therapist. With a spiritual approach, the core content untouched by psychologists has become the right momentum momentum. They can not only finish their souls, but more of that the benefits, even the tranquility and happiness of Tarian Sufi Jalaluddin Rumi di Pondok Pesantren Roudlotun Ni'mah Kalicar. Skripsi. Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri WalisongoAhmad FalahRoisulFalah, Ahmad Roisul. 2015. Makna Tarian Sufi Jalaluddin Rumi di Pondok Pesantren Roudlotun Ni'mah Kalicar. Skripsi. Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Walisongo. Tidak Sufi Untuk Transformasi HatiRobert FragerFrager, Robert. 1999. Psikologi Sufi Untuk Transformasi Hati, Jiwa, dan Ruh. Jakarta KristinaKristina, A. 2019. Tari Sufi dan Penguatan Pemahaman Keagamaan Moderat Kaum Muda Muslim Studi Kasus Tari Sufi Karanganyar, Jawa Tengah. Jurnal Sosial Budaya, 162.Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam. Jakarta RajaGrafindo PersadaAbdul MujibMujib, Abdul. 2017. Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam. Jakarta RajaGrafindo Persada.
Buangjauh-jauh HAKEKAT yang engkau maksudkan. Jika yang engkau maksudkan adalah memahami dan mentadaburi Al Qur'an, maka kami terima. Namun jika yang engkau maksudkan adalah HAKEKAT ala sufi, maka kami akan tolak karena ajaran sufi tidak ada asalnya dari Nabi. Silakan kunjungi blog yang akan terus diupdate : http//:rumaysho.wordpress.com
Tarian Sufi. Foto Youtube/BUDIMAN PRAMONO SIDI999 penari berbaju terusan dengan rok lebar terlihat asyik berputar-putar tanpa henti menarikan tarian khas asal Turki, tarian Sufi. Mereka hadir dan ambil bagian dalam acara Harlah Muslimat NU yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada Minggu 27/1. Baik pria, wanita, tua, dan muda menarikan tarian Sufi dengan penuh penghayatan. Pelan tapi pasti, mereka berputar dengan bertumpu pada kakinya tanpa jeda, tanpa takut pusing atau oleng. Wajar saja, jika di tanah airnya, tarian Sufi juga menjadi salah satu atraksi wisata andalan. Penampilan tarian Sufi dalam acara Harlah Ke-73 Muslimat NU, doa bersama untuk keselamatan bangsa, dan maulidrrasul, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu 27/1/2019. Foto ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/PrasNamun, sebenarnya apa sih, tarian Sufi itu? Dan apa makna di balik gerakannya yang berputar-putar tanpa henti itu? Berikut fakta unik tarian Sufi yang berhasil kumparanTRAVEL rangkum untukmu. 1. Sudah Ada Sejak Abad ke-13Ilustrasi Tarian Sufi Foto ThinkstockDilansir Steemit, tarian Sufi sudah hadir sejak abad ke-13. Tarian ini dilakukan pertama kali oleh seorang penyair asal Persia bernama Mawlana Jalaluddin Rumi untuk mengekspresikan kesedihannya saat ditinggal mati guru rohaninya, Syamsuddin Tabriz. Kabarnya, tarian Sufi pertama kali dilakukan Rumi saat ia berada di wilayah Anatolia Turki selama tiga hari tiga malam. Rumi adalah seorang penyair yang banyak membuat puisi religius tentang cinta yang luar biasa pada Tuhan. Karyanya banyak mempengaruhi budaya dan penulisan syair Muslim. 2. Sarana Bermeditasi untuk Mencari Tuhan dan Menyadari Keberadaan Manusia yang FanaTari Sufi, Turki. Foto Shutter StockTarian Sufi atau yang dikenal juga sebagai whirling dervishes dianggap dapat menjadi bagian dari meditasi diri. Meditasi yang dilakukan melalui tarian Sufi memiliki kaitan yang erat dengan Tasawuf. Sebab dalam tarian ini para penari diharapkan dapat mengalami ekstase dan melebur bersama sang Ilahi. Untuk itu, mereka juga diharapkan bisa mencapai kesempurnaan iman dengan cara menanggalkan ego dan hasrat pribadi dalam hidup. Menghapus gairah dan meninggalkan nafsu dunia juga menjadi salah satu cara agar penari dapat melakukan tarian Sufi dengan Mesti Dilakukan dengan Tenang Tanpa BebanPenari menampilkan Tarian Sufi diantara Muslimat Nahdlatul Ulama NU yang menghadiri Harlah ke-73 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu 27/1. Foto ANTARA FOTO/Wahyu PutroSaat melakukan tarian Sufi, kamu dituntut untuk tenang, fokus, dan 'meninggalkan semua beban'. Mata harus fokus menatap satu titik, senantiasa terbuka, dan tidak melirik. Sedangkan kepala tidak boleh bergerak, harus berada di satu titik dan tak boleh berpindah. Dengan cara ini, penari Sufi tidak akan merasa pusing, tak peduli berapa lama ia menari dan berputar. 4. Sarat akan Makna Religius di Setiap GerakannyaSebelum menari, kamu mesti melakukan dzikir sambil diiringi musik khas Timur Tengah terlebih dahulu. Lalu akan dilanjutkan dengan lagu pujian untuk Nabi Muhammad SAW yang dilantunkan oleh seorang solois dengan improvisasi alat musik seruling. Kemudian pada bagian Devr-i Veled, penari akan saling membungkuk. Sebagai bentuk mengakui nafas Ilahi yang telah meniupkan nafas kehidupan dan roh pada manusia. Dan kemudian pada tahapan selanjutnya, penari akan berputar di sekitar pemimpin tari berlawanan dengan arah jarum jam sambil menengadahkan tangan. Hal tersebut sebagai bentuk meminta dan mendapat hidayah dari Tuhan. Putaran ini menyimbolkan rangkulan kemanusiaan dengan cinta yang juga melambangkan putaran alam semesta dan putaran tawaf di Ka'bah. 5. Menggunakan Pakaian Khas dengan Topi Memanjang Tarian sufi asal Turki Foto Flickr/Vladimer ShioshviliPenari Sufi dikenal memiliki kostum khas berupa baju jubah berukuran besar dengan bagian bawah seperti rok yang melebar dan menggunakan topi memanjang yang dikenal sebagai sikke. Di Timur Tengah, sikke dikenal sebagai perlambang batu nisan wali dan sufi. Umumnya, warna jubah yang digunakan berwarna hitam sebagai perlambang atas kuburan, dan warna putih dalam kemeja melambangkan kain kafan. Perpaduan warna itu digunakan untuk mengingatkan manusia pada kematian yang tak terduga. Sedangkan untuk alas kakinya, penari Sufi mengenakan kuff. Kabarnya, kuff kerap digunakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam setiap perjalanannya, bahkan saat musim dingin. Uniknya, saat menggunakan kuff, kamu tak perlu melepasnya ketika hendak berwudhu. Wah, unik, ya. Siapa sangka dalam tarian yang sederhana seperti Sufi terkandung beragam nilai religius yang menarik untuk dipahami dan dipelajari. Bagaimana denganmu, mau mencoba tarian khas asal Turki ini? Saatmelakukan tarian Sufi, kamu dituntut untuk tenang, fokus, dan 'meninggalkan semua beban'. Mata harus fokus menatap satu titik, senantiasa terbuka, dan tidak melirik. Sedangkan kepala tidak boleh bergerak, harus berada di satu titik dan tak boleh berpindah.
Tarian sufi makin populer di Indonesia dan banyak dirangkul remaja Muslim. Di Jakarta Utara, beberapa penari menggunakannya sebagai cara untuk membiayai pendidikan mereka. Sekelompok remaja pria berpakaian jubah putih dan topi hitam tinggi terlihat menari berputar-putar. Mereka mengikuti musik dan lagu yang dimainkan sekelompok pemuda lainnya. Saat mereka berputar, satu tangan menjangkau ke langit dan tangan lainnya ke bumi. Para penari itu berputar berulang-ulang dalam doa, melantunkan nama Allah dan menambah kecepatan, berusaha menghilangkan diri mereka dalam trans spiritual yang mereka yakini menyatukan mereka dengan Tuhan. Fajar Supriyadi adalah guru di sekolah tari sufi di Jakarta Utara ini. Ia memulai komunitas ini pada tahun 2014 ketika ia hanya memiliki empat peserta saudara laki-lakinya, keponakannya, dan dirinya sendiri. “Dulu, saya belajar tarian sufi dari Uztad Najib Dawami dari Pesantren Ash Sholihin Al Abror,” jelasnya. Aktivitas mereka rupanya banyak dilirik remaja seusia mereka. sehingga komunitas itu makin berkembang. “Beberapa pemuda yang tinggal di Jakarta Utara, khususnya di Malaka dan Rorotan, kemudian bergabung dan antusias belajar. Grup ini sekarang memiliki 15 hingga 20 anggota, laki-laki dan perempuan,” imbuhnya. Performance Sufi Mohammed Aziz Moslem di Saung MURRI, 18 Agustus 2018. Facebook/Sufi Dance Evolution Grup ini biasanya menggelar latihan setiap hari Sabtu dan Senin. Sebelum berlatih, setiap siswa diharuskan berwudu terlebih dahulu. Tarian berputar yang seolah tak berujung ini telah membawa keberuntungan bagi Muhammad Anwar Pandawa Lima, seorang siswanya. Hingga saat ini, ia telah membawakan sekitar 30 tarian sufi, mendapat sedikit uang atas jerih payahnya. “Saya pakai langsung untuk membiayai sekolah dan belajar Al-Qur'an,” sebutnya. Pagelaran yang bertajuk "1001 Arabian Nights" di Aeon Mall, Jakarta, menampilkan Sufi Dance, 30 April 2022. Facebook/ Namun ambisi Muhammad bukan itu saja. Ia ingin, tarian itu membawanya ke luar negeri. “Saya ingin berkeliling dunia, seperti negara-negara Asia terdekat kemudian pergi ke Eropa. Itu saja,” jelasnya. Awalnya, grup tari sufi yang dibentuk Supriyadi tidak mendapat sambutan warga setempat. Namun, dengan berjalannya waktu dan diberi pengertian, mereka bisa menerima dan bahkan mendukung. Apalagi grup itu berusaha memadukan tarian sufi dengan tradisi setempat. Sofyan, warga setempat, termasuk yang menyambutnya. “Budaya Betawi dipadukan dengan tarian sufi yang sesuai dengan ajaran Islam. Mayoritas masyarakat Betawi juga beragama Islam, jadi itu hal yang baik,” komentarnya. Bagi Supriyadi sendiri, tarian sufi ini telah membantunya menjalin hubungan yang lebih dalam dengan keyakinannya. “Waktu saya belajar tari sufi, ternyata ini bukan sekedar tarian, tapi ada zikir, ada doa-doa tertentu, ada tawasul sebelum kita pakai kostum. Kemudian ketika saya menari, saya merasakan kenikmatan yang tidak bisa saya gambarkan.” [ab/uh]
Dengantawaf, Sufi Multikultur merupakan salah satu kesenian bentuk penyatuan diri kepada Sang Pencipta, Islami yang terdapat di Kota Pekalongan. Tawaf mengindikasikan perputaran waktu . Bentuk pertunjukan tari Sufi diawali dengan doa Gerak berputar ini mempunyai nilai islami bersama, berdoa demi kelancaran pertunjukan.
Dicionário inFormal O dicionário onde o português é definido por você! Dicionário inFormal possui definições de gírias e palavras de baixo-calão. Seu conteúdo não é adequado para todas as audiências. Significado de caraí Caraí é uma palavra indigena que define 1- cidade e município de Mina... - Significados, Definições, Sinônimos, Antônimos, Relacionadas, Exemplos, Rimas, Flexões
Tariansufi memutar ke kiri melawan arah jarum jam, sebagaimana ritual thowaf (mengelilingi Ka'bah). Topi memanjang yang digunakan darwis melambangakan nisan para wali dan sufi, baju putih melambangkan kain kafan, dan jubah hitam melambangkan alam kubur, dan alas kaki kuff sebagaimana yang dipakai Rasul pada saat musim dingin.
loading...Tarian sufi atau whirling dervishes punya banyak makna mendalam terkait manusia dan Penciptanya. Foto/ JAKARTA - Tarian dari Turki ini juga dikenal dengan sebutan whirling dervishes. Tarian Sufi atau tarian yang berputar-putar ini dianggap penuh makna karena sebagai bagian dari meditasi diri. Karena bagian dari meditasi, jadi gak heran para penari sufi bisa berputar-putar dalam waktu yang lama tanpa harus merasa TARIAN SUFIFoto Fine Art AmericaTarian ini lahir dari buah pikiran penyair Persia, Jalaluddin Rumi. Melansir dari tarian ini pertama kali dipertunjukkan di wilayah Anatolia, Turki, pada abad ke-13. Dengan tampilan para penari yang cukup misterius, asal mula tarian ini pun cukup memilukan, yaitu berhubungan dengan cinta dan kehilangan. Dalam sejarah Turki, tarian ini berawal dari kematian guru spiritual Rumi, yaitu Syamsuddin Tabriz. Karena rasa kehilangan yang sangat mendalam, Rumi mengekspresikan kesedihannya tersebut dengan menari berputar-putar. Yang kemudian ia jadi menyadari bahwa manusia itu TARIAN SUFI Foto ShutterstockTindakan berputar-putar yang dilakukan Rumi rupanya bukan cuma suatu gerakan yang tanpa makna. Makna yang bisa dipetik bahwa gerakan berputar-putar itu adalah simbol untuk menemukan tujuan hidup yang hakiki. Dalam pemaknaan yang lebih khusus lagi, tarian dengan gerakan berputar melawan arah jarum jam ini adalah sebuah proses mencari Tuhan. Nah, yang perlu ditekankan, seorang sufi yang hendak menarikan tarian ini harus punya fisik dan emosi yang kuat. Karena, tarian ini bisa dilakukan selama berjam-jam. Bahkan Rumi pernah melakukannya selama tiga hari tiga malam. Para sufi yang menari akan menumpahkan seluruh emosinya selama menari agar mereka hanya merasakan kecintaan dan kerinduan akan LAIN TARIAN SUFIFoto BaushtelleMengutip dari tarian sufi punya manfaat utama membantu kita untuk menghubungkan tubuh dan jiwa. Tarian ini akan membawa kita lebih dekat dengan Pencipta, serta membantu untuk merevitalisasi energi kita. Tarian sufi sebagai sebuah tarian yang penuh pengendalian kesadaran bahkan sering diklaim sebagai obat yang bagus untuk meredakan rasa sakit. Melansir dari CNN, Fadel Zeidan, seorang asisten profesor di Departemen Anestesiologi di Universitas California, San Diego, mengatakan bahwa ada bukti tarian sufi punya manfaat kesehatan secara keseluruhan. Zeidan juga mengungkapkan sebuah fakta yang cukup mengejutkan, yakni bahwa saat para sufi menarikan tarian tersebut, maka secara gak langsung orang yang menyaksikan tarian itu akan mendapat manfaat penyembuhan untuk kesehatan, termasuk rasa sakit dan patah buat kamu yang lagi patah hati dan pengen lebih dekat dengan sang Pencipta, mungkin mau belajar dan mencoba tarian sufi ini? Sofia HanifahKontributor GenSINDOUIN Syarif Hidayatullah JakartaInstagram sofiahnfh it
TarianSufi ( Whirling Dervishes ) merupakan Tarian yang sangat religius dari Timur Tengah. Tarian ini merupakan inspirasi dari Filsuf dan Penyair Turki yang bernama Maulana Jalaluddin Rumi, dimana tarian ini bermakna bahwa dasar dari kehidupan di dunia dan di bumi ini adalah berputar. Tarian ini juga dianggap sebagai bentuk sebuah ekspresi dari
Tari Sufi – Tari Sufi tentu bukanlah kesenian tari yang asing lagi. Tarian dari Turki ini bahkan berhasil dikenal dunia sebagai salah satu kesenian yang memiliki makna mendalam dari setiap gerakannya. Bahkan tarian ini juga dianggap sebagai media meditasi yang tepat untuk menenangkan diri. Gerakannya yang terlihat cukup sederhana nyatanya bukanlah hal yang dengan mudah dapat dilakukan setiap orang. Hal inilah kemudian yang membuat tarian ini begitu unik dari segi gerakan dan fungsinya. Nah, lalu bagaimana sih sebenarnya gerakan dari tarian ini? Simak ulasannya berikut untuk informasi lebih jelasnya Asal Usul dan Sejarah Tari Sufi Meditasi adalah bentuk fisik yang sebenarnya menjadi cikal bakal dari tari Sufi. Pada dasarnya meditasi atau yang disebut sebagai sema ini berasal dari kaum Sufi. Tarian ini biasanya ditampilkan pada hari raya Islam. Namun, bila ditelisik lebih dalam, tarian ini sebenarnya berkisah tentang kisah pilu menurut sejarah Turki. Tarian ini sendiri menceritakan kehilangan yang terjadi pada guru spiritual Rumi yang bernama Syamsuddin Tabriz. Kematian yang terjadi ini kemudian membuat Rumi merasakan kehilangan yang mendalam. Kerapuhan hati Rumi inilah kemudian yang membuat Rumi terinspirasi membuat tarian ini untuk menenangkan hati. Tarian ini sendiri kabarnya pertama kali dipentaskan pada abad ke 13 di Turki. Islam juga menjadi sumber inspirasi lain yang membuat tarian ini begitu lekat dengan masyarakat Islam di Turki. Bahkan pada masanya Mawlana Jalaludin Rumi mulai mengenalkan tarian ini kepada murid-muridnya sebagai tarian Tawaf. Sebutan tarian Tawaf pada tarian Sufi ini tentunya bukan tanpa alasan. Gerak berputar-putar yang dilakukan dari kanan menuju arah kiri diibaratkan sebagai seseorang yang tengah melakukan tawaf. Arah perputaran yang dimulai dari kanan ini juga menjadi bentuk anjuran dimana hal baik haruslah dimulai dari arah kanan. Tarian ini sendiri juga menjadi bentuk kesadaran dari Rumi bahwa manusia adalah hal fana yang diciptakan oleh Allah SWT. Baca Juga Tari Sulawesi Selatan Gerakan Tari Sufi Hal lain yang sangat menarik dari tarian Sufi tentu saja adalah gerak tari Sufi. Melalui gerakan inilah nantinya pesan serta makna dari tarian asal Turki ini dapat disampaikan kepada penonton dengan baik. Bahkan melalui gerakan inilah nantinya penari juga bisa mendapatkan ketenangan atas mediasi tari yang dilakukan. Pada dasarnya gerakan utama yang dapat dilihat dari Tarian Sufi adalah gerakan berputar-putar. Bahkan gerakan ini akan dilakukan sejak awal pertunjukkan hingga akhir. Namun, tentu saja gerakan ini tidak begitu saja mudah untuk dilakukan. Tidak semua orang dapat bertahan berputar dalam waktu yang cukup lama seperti halnya penari Sufi. Hal inilah kemudian yang membuat tarian ini termasuk dalam tari mediasi. Kemampuan penari dalam mengendalikan diri serta pikiran untuk tentang tenang dan fokus dalam tarian membuat para penari tidak akan merasa pusing meski berputar dalam waktu lama. Pada dasarnya tarian ini sendiri juga memiliki makna atas kedekatan kepada Tuhan. Hal inilah kemudian yang membuat tarian Sufi ini dulunya juga disebut sebagai tari Tawaf karena memiliki arah putaran dari kanan ke kiri atau melawan arah jarum jam. Tentunya hal ini pulalah yang membuat tarian ini tampak spesial dalam makna yang ingin disampaikan. Busana Tari Sufi Busana menjadi unsur yang tidak akan dapat terpisah dalam seni tari. Melalui busana inilah nantinya penari dapat menampilkan tampilan fisik yang tampak anggun disesuaikan dengan gerakan tari. Tidak heran bila pada akhirnya pada setiap kesenian tari di dunia akan memiliki ciri khas budayanya masing-masing. Tentunya hal ini juga berlaku pada tari Sufi dari Turki. Tarian ini juga memiliki ciri khas pakaian yang begitu unik dalam setiap penampilan penarinya. Lalu, bagaimana sebenarnya busana yang digunakan oleh penari Sufi? Berikut ulasannya 1. Jubah Panjang Tari Sufi pada dasarnya merupakan tarian yang ditarikan oleh para laki-laki dengan jubah panjang. Jubah ini nantinya akan menutupi bagian atas tubuh penari hingga bagian mata kaki. Pada bagian ujung jubah pun akan dibuat lebih lebar selayaknya payung sehingga membuat jubah tampak indah saat penari mulai bergerak. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian dari Turki ini bukan lagi menjadi tarian yang hanya boleh ditarikan oleh para lelaki. Kini beberapa pertunjukkan pun juga menampilkan penari wanita dengan pakaian muslimah dengan desain yang sama. Selain menggunakan jubah, terkadang penari Sufi juga menggunakan rok panjang. 2. Sikke Pelengkap lain yang termasuk dalam busana dari tari Sufi adalah Sikke. Pada dasarnya Sikke sendiri adalah topi yang memiliki bentuk memanjang pada bagian ujung atas. Sikke ini di Turki juga dikenal sebagai lambang atas batu nisan Sufi serta Wali. Baca Juga Tari Sumatera Barat Pola Lantai Tari Sufi Tari Sufi tentunya juga memiliki pola lantai yang dapat membantu posisi para penari dalam melakukan gerakan supaya bisa lebih teratur. Nah, lalu apa saja pola lantai yang digunakan dalam Tarian Sufi ini? Simak ulasan berikut ini 1. Garis Lurus Pola lantai yang biasa digunakan dalam tarian ini adalah pola garis lurus. Biasanya pola ini akan dilakukan para penari dengan cara membuat barisan di panggung. Nantinya barisan ini dimulai dari kanan ke kiri. 2. Pola Segitiga Segitiga adalah pola berikutnya yang biasa digunakan oleh penari Sufi. Nantinya pola ini akan dimulai dari kanan ke kiri dengan adanya satu penari di titik tengah depan. Posisi penari ini akan menjadi titik dari ujung pola segitiga tarian Sufi. Penari lainnya akan membentuk barisan miring pada sisi kanan serta kiri. Tentunya pola ini nantinya akan membuat pola yang tampak menarik dan cantik saat penari mulai berputar. 3. Campuran Tari Sufi sendiri juga bisa saja menggunakan pola yang bervariasi mulai dari lingkaran atau bahkan garis lurus. Setiap pola yang digunakan ini nantinya akan disesuaikan dengan jumlah penari serta luas dari ruangan pentas tari. Baca Juga Tari Sumatera Selatan Mengenal Musik Tari Sufi Unsur musik dalam tari Sufi tentunya juga menjadi hal penting yang sangat berpengaruh terhadap pementasan Tarian Sufi. Tentunya setiap irama musik yang dilantunkan juga haruslah memiliki kesinambungan dengan gerakan para penari. Pada tarian Sufi ini sendiri pada dasarnya tidak menggunakan terlalu banyak alat musik. Biasanya alat musik yang digunakan akan memiliki unsur yang lembut khas Timur Tengah. Nah, berikut ini adalah dua unsur musik yang sering digunakan dalam tarian Sufi 1. Suling Suling menjadi alat musik yang seringkali ditemui dalam tari Sufi. Alat musik ini menjadi ciri khas dari tarian ini dimana musik yang mengalun akan memberikan nada yang lembut dan khas. 2. Rebana Rebana juga menjadi alat musik yang seringkali ditemui dalam tarian Sufi. Pada beberapa pertunjukan tarian Sufi, rebana seringkali digunakan untuk mengiringi pertunjukan tari. Tentunya suara dari tepukan rebana yang khas begitu identik dengan musik-musik Timur Tengah khususnya bagi agama Islam. Keunikan Tari Sufi Tari Sufi memang menjadi tarian yang berhasil mendunia dengan berbagai keunikan yang ditampilkannya. Bahkan tarian ini seringkali dijadikan pertunjukan di berbagai acara Islami di berbagai negara termasuk juga Indonesia. Namun, apa sebenarnya keunikan yang ada dalam tarian ini? Berikut dua diantaranya 1. Busana Busana dalam tarian Sufi ini tentu menjadi ciri khas yang unik dalam setiap pertunjukannya. Jubah panjang dengan satu warna senada membuat penari tampak elegan saat menari. Apalagi saat jubah yang digunakan ikut serta bergerak seiring dengan penari yang mulai menggerakkan tubuh. Adanya aksesoris berupa Sikke pada bagian kepala yang dijadikan sebagai topi atau pun penutup kepala juga membuat penampilan penari tampak unik. Tentunya Sikke juga menjadi ciri khas dari tarian ini yang tidak dapat ditemukan pada jenis tarian lain. 2. Gerakan Gerakan yang sama dengan cara berputar-putar juga membuat tarian ini tampak begitu unik. Meskipun tidak menampilkan berbagai macam variasi gerakan namun, tarian ini berhasil memberikan satu kesan luar biasa bagi penonton. Apalagi dengan arah dan ritme gerakan berputar yang dilakukan penari dalam tempo yang sama. Tentunya akan membuat pertunjukkan yang luar biasa bersamaa dengan iringan musik khas Timur Tengah yang mengalun. Fungsi Tari Sufi Seperti yang diketahui bahwa kesenian merupakan suatu cara manusia dalam mengekspresikan suatu perasaan atau bahkan keadaan. Hal inilah kemudian yang membuat tarian tradisional selalu memiliki makna tersendiri bagi masyarakat. Pada Tarian Sufi tentunya juga memiliki fungsi utama yang membuat tarian ini begitu bermakna bagi masyarakat Turki. Fungsi dari tarian ini sendiri pada dasarnya terbagi menjadi dua fungsi utama yang diantaranya adalah 1. Sebagai Meditasi Tarian ini memang seringkali dikaitkan dengan suatu cara untuk bermeditasi. Hal ini berkaitan dengan sejarah penciptaan tari Sufi yang memang merupakan bentuk ekspresi perasaan dari Rumi atas meninggalnya sang guru. Melalui hal ini pulalah kemudian Tarian Sufi ini diciptakan sebagai bentuk ketenangan jiwa dengan cara berputar-putar. Gerak berputar ini pula yang kemudian menjadikan tarian ini memiliki ciri khas karena tidak semua orang bisa melakukan gerakan ini tanpa merasa pusing. 2. Sebagai Hiburan Fungsi lain dari tarian ini tentu saja adalah sebagai hiburan untuk masyarakat. Tarian ini sendiri seringkali ditampilkan dalam berbagai pagelaran akbar di seluruh dunia khususnya negara Muslim. Bahkan pada beberapa kesempatan juga seringkali menjadi pertunjukan dalam Hari Raya Idul Fitri. Penutup Artitikel Tari Sufi Nah, itulah tadi sekilas terkait tari Sufi dari Turki yang telah mendunia. Tarian ini menjadi salah satu bentuk kesenian tari umat Islam dengan ciri khas pakaian panjang serta musik khas Timur Tengah. Tari Sufi
Meskipunpara penari sufi yang berputar-putar nampak misterius, adal-usul tarian yang disebut tarian darwis itu berasal dari pengalaman yang akrab dan dengan kita: cinta dan kehilangan. Penggagas Ternyata bukan hanya sekedar tarian... Apakah kamu pernah mendengar atau menyaksikan tarian Sufi? Pasti yang ada di pikiranmu bagaimana bisa mereka berputar-putar dalam kurun waktu yang cukup lama? Apakah tidak pusing?Tarian Sufi bukanlah sekedar tarian biasa, atau perpaduan antara seni dan budaya. Kalangan Sufi menganggap tarian ini juga sebagai ritual di luar ibadah yang berfungsi sebagai amalan soleh layaknya ibadah-ibadah lainnya. Nah, daripada bertanya-tanya, yuk simak fakta-fakta tentang tarian Sufi Sejarah tarian dulu, Tarian sufi juga dikenal sebagai Whirling Dervishes darwis-darwis yang berputar atau tarian sema mendengar. Tarian ini terinspirasi dari seorang penyair-sufi asal Persia bernama Mawlana Jalaluddin Rumi. Rumi melakukan tarian ini pertama kali ketika guru spiritualnya meninggal dunia. Dia melakukan tarian sufi sebagai bentuk eskpresi kesedihannya. Sejak saat itu, Rumi mulai berputar bahkan hingga 3 hari 3 Menari sekaligus ini juga dianggap sebagai bagian dari meditasi diri. Meditasi ini sangat erat kaitannya dengan ajaran sufistik Islam. Para penari pun diharapkan menggapai kesempurnaan imannya, menghapuskan nafsu, menanggalkan ego, dan hasrat pribadi dalam hidup. Kemudian, penari akan mengalami ekstase dan melebur bersama sang Penari harus melakukan ritual sebelum ingin lihai dalam melakukan tarian ini, kamu harus melakukan beberapa ritual terlebih dahulu. Ritual yang paling utama adalaH dzikir. Tarian ini akan diiringi oleh musik khas Timur Tengah dan sebuah gambaran perjalanan mistis khas pemahaman Teknik tarian tarian Sufi dibagi menjadi empat bagian. Pertama, akan ada seorang penyanyi solo yang melantunkan lagu pujian untuk Rasulullah dan diikuti oleh improvisasi dari alat musik flute. Bagian ini disebut Naat. Kedua adalah Devr-i Veled, yakni para penari akan saling membungkuk satu sama lain. Proses ketiga justru menjadi bagian utama tarian ini. Pada proses ini, penari akan berputar di luar pemimpin tarian yang berada di tengah. Terakhir, bagian Taksim, yaitu pembacaan ayat AL-Quran dan doa yang dilakukan oleh pemimpin Juga 15 Foto Bombastis Ini Berhasil Menangkap Keindahan Seni Tari dengan Sempurna5. Makna gerakan tarian tarian Sufi ternyata bukan gerakan sembarangan. Masing-masing bagian dalam upacara tarian Sufi memiliki makna tersendiri. Bagian Naat memiliki makna keterpisahan manusia dengan Tuhan. Bagian Devr-i Veled dilakukan sebagai bentuk mengakui nafas Ilahi yang telah meniupkan roh pada manusia. Pada bagian utama, para penari yang berputar diibaratkan bulan, sedangkan pemimpin tarian diibaratkan matahari. Mereka berputar berlawanan dengan arah jarum jam sebagai bentuk merangkul kemanusiaan dengan cinta. Gerakan itu juga melambangkan putaran alam semesta dan putaran tawaf di Ka' Atribut penari yang mereka kenakan adalah topi yang memanjang ke atas, jubah hitam besar, baju putih yang melebar di bagian bawah seperti rok, dan alas kaki. Mereka membungkukkan badan sebagai tanda hormat, lalu akan melepas jubah hitamnya. Posisi tangan mereka ditempelkan di dada dan bersilang mencengkram Filosofi kostum penari memanjang yang dikenal sebagai sikke melambangkan batu nisan para wali dan sufi yang ada di dataran Timur Tengah. Jubah hitam melambangkan alam kubur dan baju putih melambangkan kain kafan. Warna baju ini dibuat agar manusia senantiasa mengingat kematian. Dengan begitu, mereka akan lebih mudah untuk mengendalikan hawa nafsu dan ego duniawi. Alas kaki penari sufi disebut kuff. Konon, Nabi Muhammad SAW juga mengenakan kuff salam perjalanan kemana pun, terutama pada musim dingin. Uniknya, jika kamu menggunakan kuff saat berwudhu kamu tidak perlu jika kamu ingin melakukan tarian Sufi, jangan sejajarkan dengan shalat, puasa, haji dan ibadah lainnya. Di balik itu semua, tarian sufi hanya sekedar untuk memperkenalkan indahnya rasa cinta kepada sesama dan Allah Juga 9 Alasan Kenapa Tari Tradisional Indonesia Lebih Membanggakan dari Tarian Modern BSqOB.
  • zbs42436e2.pages.dev/169
  • zbs42436e2.pages.dev/52
  • zbs42436e2.pages.dev/174
  • zbs42436e2.pages.dev/43
  • zbs42436e2.pages.dev/139
  • zbs42436e2.pages.dev/153
  • zbs42436e2.pages.dev/7
  • zbs42436e2.pages.dev/388
  • cara doa tari sufi