Akusudah terbiasa tidur di rumahnya bahkan mamanya sudah menganggap aku seperti keluarga sendiri.Mama Andri badannya super gemuk tingginya sama denganku 178 cm.Tapi beratnya mungkin lebih 100 kg.Jika kalian sering menonton acara televisi Suami-Suami Takut Istri,badannya sama dengan badan bu RT.
Cerita Dewasa - sebagai bu RT yang mendampingi Pak RT, walau umur sudah cukup matang penampilan tetap harus enak dilihat. Usia Bu Haritono sebenarnya tidak muda lagi bisa disebut ibu setengah baya. Mungkin menjelang 40 tahun. Sebab suaminya, Pak Hariiono yang menjabat Ketua RT di kampungku sebentar lagi memasuki masa pensiun. Aku mengetahui itu karena hubunganku dgn keluarga Pak Hariiono cukup dekat. Maklum sebagai tenaga muda aku sering diminta Pak Hariiono untuk membantu berbagai urusan yang berkaitan dgn kegiatan RT. Namun berbeda dgn suaminya yang sering sakit-sakitan, sosok istrinya wanita beranak yang kini menetap di luar Jawa mengikuti tugas sang suami itu, jauh berkebalikan. Kendati usianya hampir memasuki kepala empat, Bu Hari begitu biasanya aku dan warga lain memanggil sebagai wanita belum kehilangan daya tariknya. Memang beberapa kerutan mulai nampak di wajahnya. Tetapi buah dadanya, pinggul dan pantatnya, sungguh masih mengundang pesona. Aku dapat mengatakan ini karena belakangan terlibat perselingkuhan panjang dgn wanita berpostur tinggi besar tersebut.. Kisahnya berawal ketika Pak Hariiono mendadak menderita sakit cukup serius. Ia masuk rumah sakit dalam keadaan koma dan bahkan berhari-hari harus berada di ruang ICU Intensive Care Unit sebuah RS pemerintah di kotaku. Karena ia tidak memiliki anggota keluarga yang lain sementara putri satu-satunya berada di luar Jawa, aku diminta Bu Hari untuk membantu menemaninya selama suaminya berada di RS menjalani perawatan. Dan aku tidak bisa menolak karena memang masih menganggur setamat SMA setahun lalu. “Kami bapak-bapak di lingkungan RT meminta Mas Rhidhoo mau membantu sepenuhnya keluarga Pak Hariiono yang sedang tertimpa musibah. Khususnya untuk membantu dan menemani Bu Hari selama di rumah sakit. Mau kan Mas Rhidhoo,?” Begitu kata beberapa anggota arisan bapak-bapak kepadaku saat menengok ke rumah sakit. Bahkan Pak Nandang, seorang warga yang dikenal dermawan secara diam-diam menyelipkan uang Rp 100 ribu di kantong celanaku yang katanya untuk membeli rokok agar tidak menyusahkan Bu Hari. Dan aku tidak bisa menolak karena memang Bu Hari sendiri telah memintaku untuk menemaninya. Hari-hari pertama mendampingi Bu Hari merawat suaminya di RS aku dibuat sibuk. Harus mondar-mandir menebus obat atau membeli berbagai keperluan lain yang dibutuhkan. bahkan kulihat wanita itu tak sempat mandi dan sangat kelelahan. Mungkin karena tegang suaminya tak kunjung siuman dari kondisi komanya. Menurut dokter yang memeriksa, kondisi Pak Hariiono yang memburuk diduga akibat penyakit radang lambung akut yang diderita. Maka akibat komplikasi dgn penyakit diabetis yang diidapnya cukup lama, daya tahan tubuhnya menjadi melemah. Menyadari penyakit yang diderita tersebut, yang kata dokter proses penyembuhannya dapat memakan waktu cukup lama, berkali-kali aku meminta Bu Hari untuk bersabar. “Sudahlah bu, ibu pulang dulu untuk mandi atau beristirahat. Sudah dua hari saya lihat ibu tidak sempat mandi. Biar saya yang di sini menunggui Pak Hari,” kataku menenangkan. Saranku rupanya mengena dan diterima. Maka siang itu, ketika serombongan temannya dari tempatnya mengajar di sebuah SLTP membesuk oh ya Bu Hari berprofesi sebagai guru sedang Pak Hari karyawan sebuah instansi pemerintah ia meminta para pembesuk untuk menunggui suaminya. “Saya mau pulang dulu sebentar untuk mandi diantar Nak Rhidhoo. Sudah dua hari saya tidak sempat mandi,” katanya kepada rekan-rekannya. dgn sepeda motor milik Pak Hari yang sengaja dibawa untuk memudahkan aku kemana-mana saat diminta tolong oleh keluarga itu, aku pulang memboncengkan Bu Hari. Tetapi di perjalanan dadaku sempat berdesir. Gara-gara mengerem mendadak motor yang kukendarai karena nyaris menabrak becak, tubuh wanita yang kubonceng tertolak ke depan. Akibatnya di samping pahaku tercengkeram tangan Bu Hari yang terkaget akibat kejadian tak terduga itu, punggungku terasa tertumbuk benda empuk. Tertumbuk buah dadanya yang ku yakini ukurannya cukup besar. Ah, pikiran nakalku jadi mulai liar. Sambil berkonsentrasi dgn sepeda motor yang kukendarai, pikiranku berkelana dan mengkira-kira membayangkan seberapa besar buah dada milik wanita yang memboncengku. Pikiran kotor yang semestinya tidak boleh timbul mengingat suaminya adalah seorang yang kuhormati sebagai Ketua RT di kampungku. Pikiran nyeleneh itu muncul, mungkin karena aku memang sudah tidak perjaka lagi. Aku pernah berhubungan seks dgn seorang WTS kendati hanya satu kali. Hal itu dilakukan dgn beberapa teman SMA saat usai pengumuman hasil Ebtanas. Setelah mengantar Bu Hari ke rumahnya yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahku, aku pamit pulang mengambil sarung dan baju untuk ganti. “Jangan lama-lama nak Rhidhoo, ibu cuma sebentar kok mandinya. Lagian kasihan teman-teman ibu yang menunggu di rumah sakit,” katanya. Dan sesuai yang dipesannya, aku segera kembali ke rumah Pak Hari setelah mengambil sarung dan baju. Langsung masuk ke ruang dalam rumah Pak Hari. Ternyata, di meja makan telah tersedia segelas kopi panas dan beberapa potong kue di piring kecil. Dan mengetahui aku yang datang, terdengar suara Bu Hari menyuruhku untuk menikmati hidangan yang disediakan. “Maaf Nak Rhidhoo, ibu masih mandi. Sebentar lagi selesai,” suaranya terdengar dari kamar mandi di bagian belakang. Tidak terlalu lama menunggu, Ia keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke kamarnya lewat di dekat ruang makan tempatku minum kopi dan makan kue. Saat itu ia hanya melilitkan handuk yang berukuran tidak terlalu besar untuk menutupi tubuhnya yang basah. Tak urung, kendati sepintas, aku sempat disuguhi pemandangan yang mendebarkan. Betapa tidak, karena handuk mandinya tak cukup besar dan lebar, maka tidak cukup sempurna untuk dapat menutupi ketelanjangan tubuhnya. Ah,.. benar seperti dugaanku, buah dada Bu Hari memang berukuran besar. Bahkan terlihat nyaris memberontak keluar dari handuk yang melilitnya. Bu Hari nampaknya mengikat sekuatnya belitan handuk yang dikenakannya tepat di bagian dadanya. Sementara di bagian bawah, karena handuk hanya mampu menutup persis di bawah pangkal paha, kaki panjang wanita itu sampai ke pangkalnya sempat menarik tatap mataku. Bahkan ketika ia hendak masuk ke kamarnya, dari bagian belakang terlihat mengintip buah pantatnya. Pantat besar itu bergoyang-goyang dan sangat mengundang saat ia melangkah. Dan yang tak kalah syur, ia tidak mengenakan celana dalam. Bicara ukuran buah dadanya, mungkin untuk membungkusnya diperlukan Bra ukuran 38 atau lebih. Sebagai wanita yang telah berumur, pinggangnya memang tidak seramping gadis remaja. Tetapi pinggulnya yang membesar sampai ke pantatnya terlihat membentuk lekukan menawan dan sedap dipandang. Apalagi kaki belalang dgn paha putih mulus miliknya itu, sungguh masih menyimpan magnit. Maka degup jantungku menjadi kian kencang terpacu melihat bagian-bagian indah milik Bu Hari. Sayang cuma sekilas, begitu aku membatin. Tetapi ternyata tidak. Kesempatan kembali terulang. Belum hilang debaran dadaku, ia kembali keluar dari kamar dan masih belum mengganti handuknya dgn pakaian. Tanpa mempedulikan aku yang tengah duduk terbengong, ia berjalan mendekati almari di dekat tempatku duduk. Di sana ia mengambil beberapa barang yang diperlukan. Bahkan beberapa kali ia harus membungkukkan badan karena sulitnya barang yang dicari seperti ia sengaja melakukan hal ini. Tak urung, kembali aku disuguhi tontonan yang tak kalah mendebarkan. Dalam jarak yang cukup dekat, saat ia membungkuk, terlihat jelas mulusnya sepasang paha Bu Hari sampai ke pangkalnya. Paha yang sempurna, putih mulus dan tampak masih kencang. Dan ketika ia membungkuk cukup lama, pantat besarnya jadi sasaran tatap mataku. Kemaluannya juga terlihat sedikit mengintip dari celah pangkal pahanya. Perasaanku menjadi tidak karuan dan badanku terasa panas dingin dibuatnya. Apakah Bu Hari menganggap aku masih pemuda ingusan? Hingga ia tidak merasa canggung berpakaian seronok di hadapanku? Atau ia menganggap dirinya sudah terlalu tua hingga mengira bagian-bagian tubuhnya tidak lagi mengundang gairah seorang laki-laki apalagi laki-laki muda sepertiku? Atau malah ia sengaja memamerkannya agar gairahku terpancing? Pertanyaan-pertanyaan itu serasa berkecamuk dalam hatiku. Bahkan terus berlanjut ketika kami kembali berboncengan menuju rumah sakit. Dan yang pasti, sejak saat itu perhatianku kepada Bu Hari berubah total. Aku menjadi sering mencuri-curi pandang untuk dapat menatapi bagian-bagian tubuhnya yang kuanggap masih aduhai. Apalagi setelah mandi dan berganti pakaian, kulihat ia mengenakan celana dan kaos lengan panjang ketat yang seperti hendak mencetak tubuhnya. Gairahku jadi kian terbakar kendati tetap kupendam dalam-dalam. Dan perubahan yang lain, aku sering mengajaknya berbincang tentang apa saja di samping selalu sigap mengerjakan setiap ia membutuhkan bantuan. Hingga hubungan kami semakin akrab dari waktu ke waktu. Sampai suatu malam, memasuki hari kelima kami berada di rumah sakit, saat itu hujan terus mengguyur sejak sore hari. Maka orang-orang yang menunggui pasien yang dirawat di ruang ICU, sejak sore telah mengkapling-kapling teras luar bangunan ICU. Maklum, di malam hari penunggu tidak boleh memasuki bagian dalam ruang ICU. Dan pasien biasanya memanfaatkan teras yang ada untuk tiduran atau duduk mengobrol. Dan malam itu, karena guyuran hujan, lahan untuk tidur jadi menyempit karena pada beberapa bagian tempias oleh air hujan. Sementara aku dan Bu Hari yang baru mencari kapling setelah makan malam di kantin, menjadi tidak kebagian tempat. Setelah mencari cukup lama, akhirnya aku mengusulkan untuk menggelar tikar dan karpet di dekat bangunan kamar mayat. Aku mengusulkan itu karena jaraknya masih cukup dekat dgn ruang ICU dan itu satu-satunya tempat yang memungkinkan untuk berteduh kendati cukup gelap karena tidak ada penerangan di sana. Awalnya Bu Hari menolak, karena posisinya di dekat kamar mayat. Namun akhirnya ia menyerah setelah mengetahui tidak ada tempat yang lain dan aku menyatakan siap berjaga sepanjang malam. “Janji ya Rhid setelah cukup akrab Bu Hari tidak mengembel-embeli sebutan Nak di depan nama panggilanku, kamu harus bangunkan ibu kalau mau kencing atau beli rokok. Soalnya ibu takut ditinggal sendirian,” katanya. “Wah, persediaan rokokku lebih dari cukup kok bu. Jadi tidak perlu kemana-mana lagi,” jawabku. Nyaman juga ternyata menempati kapling dekat kamar mayat. Bisa terbebas dari lalu-lalang orang hingga bisa beristirahat cukup tenang. Dan kendati gelap tanpa penerangan, bisa terbebas dari cipratan air hujan karena tempat kami menggelar tikar dan karpet terlindung oleh tembok setinggi sekitar setengah meter. Sambil tiduran agak merapat karena sempitnya ruang yang ada, Bu Hari mengajakku ngobrol tentang banyak hal. Dari soal kerinduannya pada Dewi, anaknya yang hanya bisa pulang setahun sekali saat lebaran sampai ke soal penyakit yang diderita Pak Hariiono. Menurut Bu Hari penyakit diabetis itu diderita suaminya sejak delapan tahun lalu. Dan karena penyakit itulah penyakit radang lambung yang datang belakangan menjadi sulit disembuhkan. “Katanya penyakit diabetes bisa menjadikan laki-laki jadi impotensi ya Bu?” “Kata siapa, Rhid?” “Eh,.. anu, kata artikel di sebuah koran,” jawabku agak tergagap. Aku merasa tidak enak berkomentar seperti itu terhadap penyakit yang diderita suami Bu Hari. “Rupanya kamu gemar membaca ya. Benar kok itu, makanya penyakit kencing manis di samping menyiksa suami yang mengidapnya juga berpengaruh pada istrinya. Untung ibu sudah tua,” ujarnya lirih. Cerita Dewasa - Merasa tidak enak topik perbincangan itu dapat membangkitkan kesedihan Bu Hari, akhirnya aku memilih diam. Dan aku yang tadinya tiduran dalam posisi telentang, setelah rokok yang kuhisap kubuang, mengubah posisi tidur memunggungi wanita itu. Sebab kendati sangat senang bersentuhan tubuh dgn wanita itu, aku tidak mau dianggap kurang ajar. Sebab aku tidak tahu secara pasti jalan pikiran Bu Hari yang sebenarnya. Tetapi baru saja aku mengubah posisi tidur, tangan Bu Hari terasa mencolek pinggangku. “Tidurmu jangan memunggungi begitu. Menghadap ke sini, ibu takut,” katanya lirih. Aku kembali ke posisi semula, tidur telentang. Namun karena posisi tidur Bu Hari kelewat merapat, maka saat berbalik posisi tanpa sengaja lenganku menyenggol buah dada wanita itu. Memang belum menyentuh secara langsung karena ia mengenakan daster dan selimut yang menutupi tubuhnya. Malangnya, Bu Hari bukannya menjauh atau merenggangkan tubuh, tetapi malah semakin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Seperti anak kecil yang ketakutan saat tidur dan mencari perasaan aman pada ibunya. Akhirnya, dgn keberanian yang kupaksakan – karena ku yakin saat itu Bu Hari belum pulas tertidur – aku mulai mencoba-coba. Seperti yang dimauinya, aku mengubah kembali posisi tidur miring menghadapinya. Jadilah sebagian besar tubuhku merapat ketat ke tubuhnya hingga terasa kehangatan mulai menjalari tubuhku. Sampai di situ aku berbuat seolah-olah telah mulai lelap tertidur sambil menunggu reaksinya. Reaksinya, Bu Hari terbangkit dan menarik selimut yang dikenakannya. Selimut besar dan tebal itu ditariknya untuk dibentangkan sekaligus menutupi tubuhku. Jadilah tubuh kami makin berhimpitan di bawah satu selimut. Akhirnya, ketika aku nekad meremas telapak tangannya dan ia membalas dgn remasan lembut, aku jadi mulai berani beraksi lebih jauh. Kumulai dgn menjalari pahanya dari luar daster yang dikenakannya dgn telapak tanganku. Ia menggelinjang, tetapi tidak menolakkan tanganku yang mulai nakal itu. Malah posisi kakinya mulai direnggangkan yang memudahkanku menarik ke atas bagian bawah dasternya. Baru ketika usapan tanganku mulai menjelajah langsung pada kedua pahanya, kuketahui secara pasti ia tidak menolaknya. Tanganku malah dibimbingnya untuk menyentuh kemaluannya yang masih tertutup celana dalam. Seperti keinginanku dan juga keinginannya, telapak tanganku mulai menyentuh dan mengusap bagian membusung yang ada di selangkangan wanita itu. Ia mendesah lirih saat usapan tanganku cukup lama bermain di sana. Juga saat tanganku yang lain mulai meremasi buah dadanya dari bagian luar Bra dan dasternya. Sampai akhirnya, ketika tanganku yang beroperasi di bagian bawah telah berhasil menyelinap ke bagian samping celana dalam dan berhasil mencolek-colek celah kemaluannya yang banyak ditumbuhi rambut, dia dgn suka rela memereteli sendiri kancing bagian depan dasternya. Lalu seperti wanita yang hendak menyusui bayinya, dikeluarkannya payudaranya dari Bra yang membungkusnya. Layaknya bayi yang tengah kelaparan mulutku segera menyerbu puting susu sebelah kiri milik Bu Hari. Kujilat-jilat dan kukulum pentilnya yang terasa mencuat dan mengeras di mulutku. Bahkan karena gemas, sesekali kubenamkan wajahku ke kedua payudara wanita itu. Payudara berukuran besar dan agak mengendur namun masih menyisakan kehangatan. Sementara Ia sendiri, sambil terus mendesis dan melenguh nikmat oleh segala gerakan yang kulakukan, mulai asyik dgn mainannya. Setelah berhasil menyelinap ke balik celana pendek yang kukenakan, tangannya mulai meremas dan meremas penisku yang memang telah mengeras. Kata teman-temanku, senjataku tergolong long size, hingga Ia nampak keasyikkan dgn temuannya itu. Tetapi ketika aku hendak menarik celana dalamnya, tubuhnya terasa menyentak dan kedua pahanya dirapatkan mencoba menghalangi maksudku. “Mau apa Rhid,.. jangan di sini ah nanti ketahuan orang,” katanya lirih. “Ah, tidak apa-apa gelap kok. Orang-orang juga sudah pada tidur dan tidak bakalan kedengaran karena hujannya makin besar.” Hujan saat itu memang semakin karena mempercayai omonganku. Atau karena nafsunya yang juga sudah memuncak terbukti dgn semakin membanjirnya cairan di lubang kemaluannya, ia mau saja ketika celananya kutarik ke bawah. Bahkan ia menarik celana dalamnya ketika aku kesulitan melakukannya. Ia juga membantu membuka dan menarik celana pendek dan celana dalam yang kukenakan. Akhirnya, dgn hanya menyingkap daster yang dikenakannya aku mulai menindih tubuhnya yang berposisi mengangkang. Karena dilakukan di dalam gelap dan tetap dibalik selimut tebal yang kupakai bersama untuk menutupi tubuh, awalnya cukup sulit untuk mengarahkan penisku ke lubang kenikmatannya. Namun berkat bimbingan tangan lembutnya, ujung penisku mulai menemukan wilayah yang telah membasah. Slep.. penis besarku berhasil menerobos dgn mudah liang sanggamanya. Aku mulai menggoyang dan memaju-mundurkan senjataku dgn menaik-turunkan pantatku. Basah dan hangat terasa setiap penisku membenam di vaginanya. Sementara sambil terus meremasi kedua buah dadanya secara bergantian, sesekali bibirnya kulumat. Maka ia pun melenguh tertahan, melenguh dan mengerang tertahan. Ah, dugaanku memang tidak meleset tubuhnya memang masih menjanjikan kehangatan. Kehangatan yang prima khas dimiliki wanita berpengalaman. Dihujam bertubi-tubi oleh ketegangan penisku di bagian kewanitannya, Ia mulai mengimbangi aksiku. Pantat besar besarnya mulai digerakkan memutar mengikuti gerakan naik turun tubuhku di bagian bawah. Memutar dan terus memutar dgn gerak dan goyang pinggul yang terarah. Hal itu menjadikan penisku yang terbenam di dalam vaginanya serasa diremas. Remasan nikmat yang melambungkan jauh anganku entah kemana. Bahkan sesekali otot-otot yang ada di dalam vaginanya seolah menjepit dan mengejang. “Ah,.. ah.. enak sekali. Terus, ah.. ah,” “Aku juga enak Rhid, uh.. uh.. uh. Sudah lama sekali tidak merasakan seperti ini. Apalagi punyamu keras dan penjang. Auh,.. ah.. ah,” Sampai akhirnya, aku menjadi tidak tahan oleh goyangan dan remasan vaginanya yang kian membanjir. Nafsuku kian naik ke ubun-ubun dan seolah mau meledak. Gerakan bagian bawah tubuhku kian kencang mencolok dan mengocok vaginanya dgn penisku. “Aku tidak tahan, ah.. ah.. Sepertinya mau keluar, shh, ah, .. ah,” “Aku juga Rhid, terus goyang, ya .. ya,.. ah,” Setelah mengelojot dan memuntahkan segala yang tak dapat kubendungnya, aku akhirnya ambruk di atas tubuh wanita itu. Maniku cukup banyak menyembur di dalam lubang kenikmatannya. Begitupun Ia, setelah kontraksi otot-otot yang sangat kencang, ia meluapkan ekspresi puncaknya dgn mendekap erat bahkan kurasakan punggungku sempat tercakar oleh kuku-kukunya. Cukup lama kami terdiam setelah pertarungan panjang yang melelahkan. “Semestinya kita tidak boleh melakukan itu ya Rhid. Apalagi bapak lagi sakit dan tengah dirawat,” kata Ia sambil masih tiduran di dekatku. Aku mengira ia menyesal dgn peristiwa yang baru terjadi itu. “Ya Maaf Bu,.. soalnya tadi,..” “Tetapi tidak apa-apa kok. Saya juga sudah lama ingin menikmati yang seperti itu. Soalnya sejak 5 tahun lebih Pak Hari terkena diabetis, ia menjadi sangat jarang memenuhi kewajibannya. Bahkan sudah dua tahun ini kelelakiannya sudah tidak berfungsi lagi. Cuma, kalau suatu saat ingin melakukannya lagi, kita harus hati-hati. Jangan sampai ada yang tahu dan menimbulkan aib diantara kita,” ujarnya lirih. Plong, betapa lega hatiku saat itu. Ia tidak marah dan menyesal dgn yang baru saja terjadi. Dan yang membuatku senang, aku dapat melampiaskan hasrat terpendamku kepadanya. Kendati aku merasa belum puas karena semuanya dilakukan di kegelapan hingga keinginanku melihat ketelanjangan tubuhnya belum kesampaian. Dan seperti yang dipesankannya, aku berusaha mencoba bersikap sewajar mungkin saat berada diantara orang-orang. Seolah tidak pernah terjadi sesuatu yang luar biasa diantara kami. Kendati aku sering harus menekan keinginan yang menggelegak akibat darah mudaku yang gampang panas saat berdekatan dgnnya. Dan sejak itu lokasi teras di belakang kamar mayat menjadi saksi sekitar tiga kali hubungan sumbang kami. Hubungan sumbang yang terpaksa kuhentikan seiring kedatangan Bu Haritini, adik Pak Hariiono yang bermaksud menengok kondisi sakit kakaknya. Hanya terus terang, sejak kehadirannya ada perasaan kurang senang pada diriku. Sebab sejak Ia ada yang menemani merawat suaminya di rumah sakit, kendati aku tetap diminta untuk membantu mereka dan selalu berada di rumah sakit, aku tidak lagi dapat menyalurkan hasrat seksualku. Hanya sesekali kami pernah nekad menyalurkannya di kamar mandi ketika hasrat yang ada tak dapat ditahan. Itu pun secara kucing-kucingan dgn Bu Rina dan segalanya dilaksanakan secara tergesa-gesa hingga tetap tidak memuaskan kami berdua. Sampai suatu ketika, saat Pak Hari telah siuman dan perawatannya telah dialihkan ke bangsal perawatan yang terpisah, Bu Rina menyarankan kepada Ia untuk tidur di rumah. “Kamu sudah beberapa hari kurang tidur Mbak, kelihatannya sangat kelelahan. Coba kamu kalau malam tidur barang satu dua hari di rumah hingga istirahat yang cukup dan tidak jatuh sakit. Nanti kalau kedua-duanya sakit malah merepotkan. Biar yang nunggu Mas Har kalau malam aku saja ditemani Dik Rhidhoo kalau mau” ujarnya. Ia setuju dgn saran adik iparnya. Ia memutuskan untuk tidur di rumah malam itu. Maka hatiku bersorak karena terbuka peluang untuk menyetubuhinya di rumah. Tetapi bagaimana caranya pamit pada Bu Rina? Kalau aku ikut-ikutan pulang untuk tidur di rumah apa tidak mengundang kecurigaan? Aku jadi berpikir keras untuk menemukan jalan keluar. Dan baru merasa plong setelah muncul selintas gagasan di benakku. Sekitar pukul malam, lewat telepon umum kutelepon rumahnya. Wanita itu masih terjaga dan menurut pengakuannya tengah menonton televisi. Maka nekad saja kusampaikan niatku kepadanya. Dan ternyata ia memberi sambutan cukup baik. “Kamu nanti memberi tanda kalau sudah ada di dekat kamar ibu ya. Nanti pintu belakang ibu bukakan. Dan sepeda motornya di tinggal saja di rumah sakit biar tidak kedengaran tetangga. Kamu bisa naik becak untuk pulang,” katanya berpesan lewat telepon. Untuk tidak mengundang kecurigaan, sekitar pukul aku masuk ke bangsal tempat Pak Hari dirawat menemani Bu Rina. Namun setengah jam sesudahnya, aku pamit keluar untuk nongkrong bersama para Satpam rumah sakit seperti yang biasa kulakukan setelah kedatangan Bu Rina. Di depan rumah sakit aku langsung meminta seorang abang becak mengantarku ke kampungku yang berjarak tak lebih dari satu kilometer. Segalanya berjalan sesuai rencana. Setelah kuketuk tiga kali pintu kamarnya, kudengar suara Ia berdehem. Dan dari pintu belakang rumah yang dibukakannya secara pelan-pelan aku langsung menyelinap masuk menuju ruang tengah rumah tersebut. Rupanya, bertemu di tempat terang membuat kami sama-sama kikuk. Sebab selama ini kami selalu berhubungan di tempat gelap di teras kamar mayat. Maka aku hanya berdiri mematung, sedang Ia duduk sambil melihat televisi yang masih dinyalakannya. Cukup lama kami tidak saling bicara sampai akhirnya Ia menarik tanganku untuk duduk di sofa di sampingnya. Setelah keberanianku mulai bangkit, aku mulai berani menatapi wanita yang duduk di sampingku. Ia ternyata telah siap tempur. Terbukti dari daster tipis menerawang yang dikenakannya, kulihat ia tidak mengenakan Bra di baliknya. Maka kulihat jelas payudaranya yang membusung. Hanya, ketika tanganku mulai bergerilya menyelusuri pangkal paha dan meremasi buah dadanya ia menolak halus. “Jangan di sini Rhid, kita ke kamar saja biar leluasa,” katanya lirih. Ketika kami telah sama-sama naik ke atas ranjang besar di kamar yang biasa digunakan oleh suami dan dia, aku langsung menerkamnya. Semula Ia memintaku mematikan dulu saklar lampu yang ada di kamar itu, tetapi aku menolaknya. “Saya ingin melihat semua milikmu,” kataku. “Tetapi aku malu Rhid. Soalnya aku sudah tua,.” Persetan dgn usia, dimataku, Ia masih menyimpan magnit yang mampu menggelegakkan darah mudaku. Sesaat aku terpaku ketika wanita itu telah melolosi dasternya. Dua buah gunung kembarnya yang membusung nampak telah menggantung. Tetapi tidak kehilangan daya pikatnya. Buah dada yang putih mulus dan berukuran cukup besar itu diujungnya terlihat kedua pentilnya yang berwarna kecoklatan. Indah dan sangat menantang untuk diremas. Maka setelah aku melolosi sendiri seluruh pakaian yang kukenakan, langsung kutubruk wanita yang telah tiduran dalam posisi menelentang. Kedua payudaranya kujadikan sasaran remasan kedua tanganku. Kukulum, kujilat dan kukenyot secara bergantian susu-susunya yang besar menantang. Kesempatan melihat dari dekat keindahan buah dadanya membuat aku seolah kesetanan. Dan Ia, wanita berhidung bangir dgn rambut sepundak itu menggelepar. Tangannya meremas-remas rambut kepalaku mencoba menahan nikmat atas perbuatan yang tengah kulakukan. Dari kedua gunung kembarnya, setelah beberapa saat bermain di sana, dgn terus menjulurkan lidah dan menjilat seluruh tubuhnya kuturunkan perhatianku ke bagian perut dan di bawah pusarnya. Hingga ketika lidahku terhalang oleh celana dalam yang masih dikenakannya, aku langsung memelorotkannya. Ah, vaginanya juga tak kalah indah dgn buah dadanya. Kemaluan yang besar membusung dan banyak ditumbuhi rambut hitam lebat itu, ketika kakinya dikuakkan tampak bagian dalamnya yang memerah. Bibir vaginanya memang nampak kecoklatan yang sekaligus menandakan bahwa sebelumnya telah sering diterobos kemaluan suaminya. Tetapi bibir kemaluan itu belum begitu menggelambir. Dan kelentitnya, yang ada di ujung atas, uh,.. mencuat menantang sebesar biji jagung. Tak tahan cuma memelototi lubang kenikmatan wanita itu, mulailah mulutku yang bicara. Awalnya mencoba membaui dgn hidungku. Ah, ada bau yang meruap asing di hidungku. Segar dan membuatku tambah terangsang. Dan ketika lidahku mulai kumainkan dgn menjilat-jilat pelan di seputar bibir vaginanya besar itu, Ia tampak gelisah dan menggoyang-goyang kegelian. “Ih,.. jangan diciumi dijilat begitu Rhid. Malu ah, tapi, ah..ah.. ah,” Tetapi ia malah menggoyangkan bagian bawah tubuhnya saat mulutku mencerucupi liang nikmatnya. Goyangannya kian kencang dan terus mengencang. Sampai akhirnya diremasnya kepalaku ditekannya kuat-kuat ke bagian tengah selangkangnya saat kelentitnya kujilat dan kugigit kecil. Rupanya ia telah mendapatkan orgasme hingga tubuhnya terasa mengejang dan pinggulnya menyentak ke atas. “Seumur hidup baru kali ini vaginaku dijilat-jilat begitu Rhid, jadinya cepat kalah. Sekarang gantian deh Aku mainkan punyamu,” ujarnya setelah sebentar mengatur nafasnya yang memburu. Aku dimintanya telentang, sedang kepala dia berada di bagian bawah tubuhku. Sesaat, mulai kurasakan kepala penisku dijilat lidah basah milik wanita itu. Bahkan ia mencerucupi sedikit air maniku yang telah keluar akibat nafsu yang kubendung. Terasa ada sensasi tersendiri oleh permainan lidahnya itu dan aku menggelinjang oleh permainan wanita itu. Namun sebagai anak muda, aku merasa kurang puas dgn hanya bersikap pasif. Terlebih aku juga ingin meremas pantat besarnya yang montok dan seksi. Hingga aku menarik tubuh bagian bawahnya untuk ditempatkan di atas kepalaku. Pola persetubuhan yang kata orang disebut sebagai permainan 69. Kembali vaginanya yang berada tepat di atas wajahku langsung menjadi sasaran gerilya mulutku. Sementara pantat besarnya kuremas-remas dgn gemas. Tidak hanya itu jilatan lidahku tidak berhenti hanya bermain di seputar kemaluannya. Tetapi terus ke atas dan sampai ke lubang duburnya. Rupanya ia telah membersihkannya dgn sabun baik di kemaluannya maupun di anusnya. Maka tak sedikit pun meruap bau kotoran di sana dan membuatku kian bernafsu untuk menjilat dan mencoloknya dgn ujung lidahku. Tindakan nekadku rupanya membuat nafsunya kembali naik ke ubun-ubun. Maka setelah ia memaksaku menghentikan permainan 69, ia langsung mengubah posisi dgn telentang mengangkang. Dan aku tahu pasti wanita itu telah menagih untuk disetubuhi. Ia mulai mengerang ketika batang besar dan panjang milikku mulai menerobos gua kenikmatannya yang basah. Hanya karena kami sama-sama telah memuncak nafsu syahwatnya, tak lebih dari 10 menit saling genjot dan menggoyang dilakukan, kami telah sama-sama terkapar. Ambruk di kasur empuk ranjang kenikmatannya. Ranjang yang semestinya tabu untuk kutiduri bersama wanita itu. Malam itu, aku dan dia melakukan persetubuhan lebih dari tiga kali. Termasuk di kamar mandi yang dilakukan sambil berdiri. Dan ketika aku memintanya kembali yang keempat kali, ia menolaknya halus. “Tubuh ibu cape sekali Rhid, mungkin sudah terlalu tua hingga tidak dapat mengimbangi orang muda sepertimu. Dan lagi ini sudah mulai pagi, kamu harus kembali ke rumah sakit agar Bu Rina tidak curiga,” katanya. Aku sempat mencium dan meremas pantatnya saat Ia hendak menutup pintu belakang rumah mengantarku keluar. Ah,.. indah dan nikmat rasanya. Usia Pak Hari ternyata tidak cukup panjang. Selama sebulan lebih dirawat di rumah sakit, ia akhirnya meninggal setelah sebelumnya sempat dibawa RS yang lebih besar di Semarang. Di Semarang, aku pun ikut menunggui bersamanya serta Bu Rina selama seminggu. Juga ada Mbak Dina dan suaminya yang menyempatkan diri untuk menengok. Hingga hubunganku dgn keluarga itu menjadi kian akrab. Namun, hubungan sumbangku dgnnya terus berlanjut hingga kini. Bahkan kami pernah nekad bersetubuh di belakang rumah keluarga itu, karena kami sama-sama horny sementara di ruang tengah banyak sanak famili dari keluarganya yang menginap. Entah kapan aku akan menghentikannya, mungkin setelah gairahnya telah benar-benar padam. Sekian cerita tante kali ini.
CeritaDewasa Seks - Sudah hampir dua bulan aku ngekost di rumah Pak Irwan ketua Rt kampung Bojong daerah Bekasi. Kebetulan aku mendapatkan kontrak kerja selama setahun untuk sebuah proyek pembangunan apartemen di Bekasi. Dan selama itulah aku memendam hasrat dengan Bu Anne yang merupakan istri Pak Irwan. CERITA DEWASA SUNGGUH PUAS DENGAN ISTRI PAK RT Story Mas88 – Perkenalkan namaku Beni, aku merupakan anak tunggal di keluargaku. Usiaku 17 tahun. Aku murid disalah satu sekolah swasta di kotaku. Ayahku seorang pengusaha yang super sibuk, dia sering pergi keluar kota untuk waktu yang tak menentu. Sedangkan ibu sering ikut menemani ayahku. Aku tinggal di perumahan kelas menengah. Persis di sebelah rumahku adalah rumah ketua RT, orang yang cukup terpandang disana. Pak Joko namanya. Umurnya sekitar 55 tahun, perawankan tinggi dan gagah. Pak RT mempunyai seorang istri namanya Bu Ambar wanita keturunan Jawa aku kalau manggil tante Ambar. Kulitnya hitam tapi mempunyai wajah yang manis, meskipun usianya sudah kepala empat. Tubuhnya langsing dan terlihat seksi. Mungkin karena dia sering fitness. Bu Ambar senang berpakaian seksi yang memperlihatkan setiap lekukan dalam tubuhnya, yang membuat setiap lelaki yang melihatnya jadi terangsang. Bu Ambar orangnya supel dan mudah bergaul. Dia sering mengobrol dengan pemuda sekampung, termasuk aku. Kejadian ini bermula ketika kedua orang tuaku pergi Surabaya karena ada tugas dari kantor untuk waktu satu minggu. Aku tinggal sendirian di rumah, sedangkan pembantuku baru cuti pulang kampung karena ada salah satu keluarganya yang menikah. Siang itu aku duduk di depan TV, untuk menghilangkan kebosananku aku memutar DVD porno yang baru kupinjam dari temanku. Di film tersebut terlihat cewek japan sedang dientot oleh pemuda yang gagah dan tampan. Si cewek sedang mengulum kontol dari pemuda tersebut. Terlihat pemuda itu sangat menikmati kuluman dari si cewek. Melihat adegan tersebut membuatku jadi terangsang. Kuelus-elus sendiri batang kontolku dari luar celana kolor yang kupakai. Saat itu aku memang sengaja tak memakai CD. Kumerasakan kontolku makin lama makin mengeras. Lalu kuturunkan celana kolorku, kukocok perlahan batang kontolku. Saat itu nafsuku sudah sangat memuncak, tapi aku tidak tahu harus kemana melampiaskannya. Karena saking asyiknya aku tak tahu kalau ada seseorang yang masuk ke rumahku dan mengejutkanku dengan bertanya padaku, “Kamu ngapain Ben?” Suara seorang perempuan mengejutkanku. Setelah aku menoleh ternyata Bu Ambar sudah berdiri di ruang tamu. Saat itu Bu Ambar memakai pakaian seksi. Dia menggunakan tanktop dan rok mini. Matanya melihat ke bagian bawahku. Saking terkejutnya aku sampai lupa untuk menaikan kembali celana kolorku yang tadi sempat kuturunkan sedikit, sehingga dia bisa melihat dengan jelas batang kontolku yang berdiri tegak. “Ma..maaf tante…” jawabku gugup. “Hahahaa…santai aja Ben, gakpapa kog lagian kamu kan sudah gede” jawab tante Ambar santai. “Ben, kontolmu gede juga ya…udah pernah masuk ke memek belum?” tanyanya nakal. “Belum sih tante” jawabku malu. “Gimana kalau di masukin ke memek tante, mau gak? Kayaknya enak tuh tante jadi kepingin ngerasain kontolmu” katanya menggodaku. Kemudian tante Ambar menutup pintu depan dan menuncinya dari dalam. Dia lalu berjalan mendekatiku berdiri di depanku. “Yang bener tante? Tapi aku belum pernah jadi belum pengalaman?” jawabku. “Jangan khawatiur nanti tante ajarin” katanya sambil mengelus kontolku. Baru kali ini aku merasakn kontolku dipegang oleh seorang wanita. Tanpa berlama-lama tante lantas mendorongku ke sofa, dia lalu naik diatas pangkuanku. Dibukanya tanktopnya terlihat toket montok di depan mataku yang masih tertutup oleh BH berwarna merah. Kemudian tante mengeluarkan isi dalam BHnya. Wow begitu montok sekali toket tante. Kulihat putting yang mengeras. Tante pun lantas menyodorkan putingnya tepat dimulutku dan berkata, “Jilat nih putting tante, hari ini putting tante seutuhnya jadi milikmu, so lakukan sesukamu” Tanpe menunggu perintah lagi, aku lantas menyepong kedua putting tante Ambar secara bergantian, kujilat, kusedot dan sesekali kugigit pelan. Tante Ambar mendesah nikmat sambil menggoyang-goyangkan toketnya. Beberapa menit kemudian tante Ambar berdiri dan melepas rok mini dan CDnya. Maka terlihatlah gundukan bukit yang ditumbuhi rumput tipis-tipis sangat indah dicukur rapi dan bersih. Dia lalu berlutut dilantai, dihadapanku. Wajahnya didekatkan keselangkanganku. Ditariknya celana pendekku. Bibirnya mendekati kepala kontolku, dan mulai menjilati kepala kontolku, terus kepangkalnya. “Aaagghh….oohhh…enak tanteee…aahhhh…” aku mengerang ketika dia mulai mengulum kontolku. Hampir seluruh batang kontolku masuk kemulutnya yang sexy. Kontolku keluar masuk dimulutnya. Nikmat sekali. Tak ketinggalan, buah pelirkupun diseruputnya. Puas mengulum kontolku, kemudian Tante Ambar berdiri dihadapanku. Memeknya berada pas di wajahku. Dia menarik kepalaku, mendekatkannya pada memeknya. Aku mengerti maksudnya, dia ingin memeknya kujilati. Kujulurkan lidahku. Aku mulai dengan menjilati pangkal pahanya, terus mendekati bibir memeknya. “SSttthhh…aaahhhh…oohhhh…” dia mendesah-desah ketika aku memasukkan lidahku ke lubang memeknya. Kusedot-sedot, kugigit-gigit kelentitnya. Dijepitnya kepalaku. Hampir seluruh isi memeknya kujilati, memeknya basah. “Ooohhh…aku dah gak tahan Ben, ayo kita masukin aja sekarang…” pintanya. Dia menurunkan tubuhnya perlahan-lahan ke pangkuanku. Diraihnya kontolku, diarahkannya tepat ke lubang memeknya. Dia mulai memasukkan kontolku sedikit demi sedikit. Semakin lama semakin dalam. Sudah setengah batang kontolku masuk. Sampai disini dia berhenti sejenak mengatur posisi. Kakinya berlutut di sofa. Kusodokkan kontolku. Dia menjerit ketika kontolku amblas seluruhnya di lubang memeknya. Dia mulai menggenjot pantatnya di pangkuanku. Kontolku serasa dijepit dan dipijit-pijit ketika berada di dalam lubang memek yang sempit. “Enak kan Ben?” tanyanya sambil terus menggenjot pantatnya. “Enak banget tan…aahhh…” “Memek tante rasanya enak sekali…sudah lama pak RT tak memberiku kepuasan” katanya menggerutu. “Pak RT impoten ya tante…aaahh…” tanyaku sambil mendesah “Oooohhh iya sayaaaang….aahhh…” Kupeluk pinggangnya erat-erat. Bibirku menghisap-hisap putingnya. Kubantu gerakkannya dengan menyodok-nyodokan pantatku ke atas. Dia mengerang-erang merasakan nikmat. Matanya merem melek. Semakin lama semakin cepat dia menggerak-gerakkan pantatnya, sesekali pantatnya diputar-putar. Aku merasakan nikmat yang tiada tara. Kontolku serasa di pelintir oleh memeknya. Sudah sekitar 30 menit kami berpacu dalam kenikmatan. Nafas kami saling memburu. Peluh kami bercucuran. “Aduh Ben…aku sduah gak tahan lagi….mau keluaaarr…” jeritnya. Kurasakan memeknya berkedut-kedut dan menyedot batang kontolku. “Aku juga sudah gak tahan taaaann…aaahhhh…” sahutku ngos-ngosan. “Crotin di dalam aja sayang, aku ingin punya anak darimu” pintanya memelas sambil terus menggenjot. Dan akhirnya “Crooot…crooot…crooottt..” Aku menyemburkan seluruh spermaku ke dalam memeknya. “Nikmat kan Ben, kamu puas kan Ben?” tanyanya sambil memelukku. “Puas sekali tante….tante sendiri puas gak?” tanyaku balik. “Tante juga sangat puas, makasih ya?” jawabnya. Kami lalu beristirahat sejenak. Kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Siraman air membuat badanku segar kembali. Sementara tante Ambar langsung memakai pakaiannya kembali tanpa mandi terlebih dahulu karena takut pak RT dan tetangga curiga. Sebelum tante Ambar berpamitan dia menciumku dan berkata padaku “Lain kali kita ngentot lagi ya”. Tanpa menunggu jawaban dariku dia lalu pergi meninggalkan rumahku. Pengalam sex ku yang pertama kali ini tak akan pernah aku lupakan sepanjang waktu. CeritaDewasa Mama Binal Nia. Saat senja Haris memanggil istri dan putranya yang sedang berseteru. Dia mencoba mendamaikan keduanya. "Ini anak kelakuannya sama aja, kayak anak bocah. Sebenarnya kalian ini ada masalah apa? Jangan yang tidak terlibat seperti papa jadi ikut terbawa-bawa." tegur haris Cerita Sex – setelah sebelumnya ada kisah Nikmatnya Bercinta Seharian Saat Suamiku Pergi, kini ada cerita Kepuasan Ngecrot Memek Bu Lurah Jembut Lebat. selamat membaca dan menikmati sajian khusus bacaan terbaru cerita sex bergambar yang hot dan di jamin seru meningkatkan nafsu birahi seks ngentot. Pada pertengahan tahun lalu orang tuaku membuka bidang usaha baru yaitu kontraktor dan konstruksi dimana aku diberi tugas untuk mengelolanya. Awalnya aku menolak karena sama sekali tidak berhubungan dengan jurusan kuliahku dulu. Tapi karena desakan ortu dan ada garansi “ini untuk belajar” akupun mengiyakan saja, apalagi banyak pegawai senior yang mendampingiku alhasil setiap hari aku hanya keluyuran tanpa tujuan yang jelas. Tender pertamaku adalah membuat sebuah jembatan di daerah terpencil di Ngawi. Huhhhh….pelosok banget, jauh dari kota pasti gak ada wanita cantik! Gumamku dalam hati. Namun semua pikiranku itu hilang saat aku bertemu dengan Yuli samaran istri Pak Lurah Desa yang sangat cantik alami. Awal cerita, Saat itu aku pergi kerumah Pak Lurah ingin mengajukan permohonan izin dan saat itu Yuli menyajikan secangkir kopi di meja tamu. Seketika itu aku langsung terpesona dibuatnya. Bagaimana tidak, bodinya sangat aduhai terbungkus kulit kuning langsat khas orang desa. Iseng-iseng aku menanyakan sebuah rumah untuk dikontrak, soalnya di desa terpencil seperti ini Lurah bagaikan raja dan memiliki rumah lebih dari satu, pikirku. Dan ternyata benar, Pak Lurah menawarkan sebuah rumah untukku dan akupun langsung mengiyakan saja. Rumahnya ada 3 dan aku sengaja memilih rumah kecil yang ada di tepian sungai, layaknya sebuah Vila gitu tapi imut karena hanya ada satu kamar saja. Sementara orang-orang yang lain aku minta kontrak di dekat jembatan yang akan dibangun. Hari pertama tinggal dikontrakan aku gunakan untuk menggali informasi tentang Yuli yang ternyata baru 3 bulan menikah dengan Pak Lurah yang seorang Duda beranak dua. Usia Pak Lurah adalah 49tahun dan Yuli baru berusia 24tahun atau sama dengan anak pertama Pak Lurah yang bernama Andini, sedangkan yang satunya bernama Nina berumur 17tahun dan duduk dibangku kelas 2 SMA. Ketiganya sangat menarik perhatian saya, namun yang menjadi target pertamaku adalah Yuli karena aku lihat beberapa kali Dia mencuri pandang terhadapku. Sore itu aku ingin banget mandi di sungai, air yang jernih dan batuan2 besar semakin membuatku ingin cepat-cepat menceburkan diri kesungai. Akupun membuka baju dan celana panjangku, hingga hanya menyisakan celana pendek boxer berwarna putih. Aku sangat menikmati suasana tersebut hingga tak terasa telah menjelang senja dan akupun bersiap untuk balik ke tempat kontrakan yang hanya berjarak 300 meter. Namun belum sempat memakai baju tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara Yuli yang datang dari arah belakangku. “maaf Pak, kelihatannya ada….ada…. katanya malu-malu sambil menunduk. “kelihatan apa…. tanyaku dengan nada agak keras “kelihatan burung bapak gede…..ehhh gede….maaf kelihatanya ada tamu yang mencari bapak” jawabnya semakin malu, ternyata Dia latah. “kamu mau burung gedeku ini??? Kataku antusias. “mau pak,…ehhh mau…mau….maaf Pak, kalau ngomong jangan keras-keras kalau saya kaget saya jadi latah pak! Jawabnya dengan muka memerah. “ini ambil aja burungku…. tantangku! “maaf Pak, jangan diambil hati kata-kataku tadi….kalau latah aku jadi ngelantur! Jawabnya sambil lari menuju rumah, seperti anak kecil yang malu-malu mau! Akupun kembali kerumah dengan hati yang berbunga dan berandai-andai yang nikmat-nikmat dengan Yuli. Ternyata yang datang mencariku adalah Pak Yanto, pegawai senior yang aku minta untuk menghandle semua kegiatan agar aku bisa fokus berburu kepuasan. Malam itu aku terbayang-bayang wajah ayu Yuli, hingga mata ini tidak mampu berkata tidak untuk terus berandai-andai. Tepat pukul 2300 aku bejalan menuju kamar mandi yang berada dibelakang rumah utama tempat tinggal Pak Lurah tapi belum sampai dikamar mandi aku melihat Yuli yang hanya mengenakan daster putih transparan buru-buru masuk kekamar mandi. Spontan aku langsung tiarap dan mengendap-endap mendekati kamar mandi untuk mengintip Yuli. woOw tenyata Yuli yang tanpa CD secepat kilat melepaskan dasternya dan sedang membersihkan memeknya dengan semprotan air selang. Seketika itu kontolku mengeras sejadi-jadinya, terlihat jelas jembut lebatnya sangat kontras dengan pangkal pahanya yang putih. Sekitar 5 menit aku menikmati pemandangan yang indah itu hingga Yuli keluar dari kamar mandi. Setelah beberapa langkah, Yuli berhenti dan memandang kearah rumah yang aku tinggali. Dia menengok ke sekeliling yang memang sudah sepi, dengan agak ragu dia melangkah pelan menuju ke kamarku. Dari sela jendela kayu dia mengintip kedalam,… tapi sepertinya dia kecewa karena kosong! Karena tidak mau membuatnya kecewa akupun melangkahkan kaki dengan pelan dan menyergapnya dari belakang serta membungkam mulutnya karena dia latah. “ssssssttttttt….diam jangan bersuara, Aku Adith…. bisikku menenangkannya. Dengan keadaan masih membelakangiku dan terbungkam mulutnya aku arahkan tangannya kearah kontolku yang sudah menegeras di dalam sarung tanpa CD. Aku menuntun tangannya untuk mengurut, mengelus dan mengocok-kocok kontolku sambil terus berbisik merayu dengan percaya diri. “ayo Yul, aku tahu kamu baru aja main sama Pak Lurah dan Aku juga Tahu bahwa kamu belum terpuaskan…. bisikku sambil merangsangnya dengan desahan-desahan ditelinganya. “Yul, aku jamin kamu akan merasakan kepuasan dan kenikmatan yang belum pernah kau dapatkan…bisikku lagi sambil mengelus toket kenyalnya. Kurasakan nafasnya semakin memburu dan kepalanya mengangguk tanda setuju. Pelan-pelan aku melepaskan bekapanku dan membalikkan badannya kearahku! Tanpa menunggu waktu aku langsung menggendongnya masuk menuju kamarku dan diapun tidak protes hanya terdiam dengan mata terpejam. “Bapak pasti sudah tiduran kan?! Tanyaku singkat Yuli hanya mengangguk, menandakan tebakanku benar. Orang seumur Pak Lurah abis ngentot pasti ngorok! Heheheeeee…..aku tertawa dalam hati penuh kemenangan, ternyata Yuli sangat mudah ditaklukkan dan belakangan aku tahu kalau Yuli Cinta pada pandangan pertama terhadapku. Aku rebahkan tubuhnya dikasur dan aku lepaskan kaos serta sarungku dengan cepat hingga membuatnya terkagum-kagum melihat kontolku. Aku buka pahanya lebar-lebar hingga dasternya terangkat keatas dan aku daratkan lidahku di memeknya yang becek. Aku jilat, aku hisap dan aku mainkan klitorisnya dengan lidahku. Aku tebak, Pak Lurah kontolnya kecil karena memek Yuli masih sangat sempit padahal baru dientot. Aku semakin bersemangat membangunkan gairahnya, sambil terus memainkan lidah aku remas kuat-kuat kedua toketnya dan aku pilin-pilin putingnya. Dengan cepat Yuli mendesah dan bergumam penuh kenikmatan. “oooohhhh….ooouuuhhhhhhhh…..enak banget Mas, aku belum pernah seperti ini! Desahnya Karena Yuli akan latah akupun mengubah posisi menjadi 69 dan melanjutkan jilatanku pada memeknya. Kurasakan ujung kontolku tersentuh ujung lidahnya, lembut dan pelan membuatku meringis menahan geli dan ngilu. Hal yang sama dirasakan oleh Yuli yang terlihat mengejang dan menghimpit kepalaku dengan kedua pahanya. Dan terbukti, beberapa detik kemudian cairan orgasmenya meleleh dari memeknya. masukin yuk,….kamu nungging ya? Bisikku lirih Tanpa menjawab diapun menuruti permintaanku dengan tanpa malu-malu lagi. Kini kuarahkan kontolku ke memeknya, menggesek-gesekan keatas kebawah di lekukan anus dan lipatan memeknya. Aku masukkan pelan-pelan kepala kontolku dan mengambil ancang-ancang untuk menusuknya dalam-dalam. BLESSSSSSSSSSSSSSSSS………..BLEEEEEEEEEEEEEEEEESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS………. kontolku mentok kedinding rahimnya diikuti pekik lirih dari mulutnya. benar-benar masih sempit dan keset bagian dalamnya. Dengan setengah memaksa aku goyangkan kontolku maju mundur, lagi dan lagi…. terlihat jelas wajahnya meringis menahan perih dan nikmat yang mengaduk-aduk memeknya. SLUUUPPPPP…..SSSSSSLUUUUUUUUUUUUUUUUPPPPPPPPPPPPP…… PLAK…PLAK…PLAAAAAAAAAAKKKKKKK….PLAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKK……. Suara becek mulai terdengar mengiringi suara goyanganku menghantam pantat bohaynya yang sangat padat. Aku goyang….lebih cepat….lebih cepat lagi….terus dan terus…..hingga tanpa sadar tubuh kami dipenuhi peluh. Tanpa menghentikan goyangan, aku angkat kaki kananya dan aku sangga dengan paha kananku. Hingga tubuhnya semakin goyah dan bergerak liar mengikuti goyanganku. OOOOOOOOOUUUUUUUUUUUUUUGGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH,……………….. Desahan panjangnya tak tertahankan seiring dengan orgasme keduanya. Hhhhmmmmmmmm….aku gak kuat mas, badanku lemas nih“ katanya merengek! Akupun menghentikan goyanganku dan mencabut kontolku dari dalam memeknya yang banjir nikmat. Dengan masih terengah aku memaksanya berganti posisi diatasku,…. Dikocoknya kontolku dengan gemesnya dan kemudian mengarahkannya kedalam memeknya! ZZZZZZZLEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEBBBBBBBBBBBBBBBBBB…………… kontolku melaju cepat memasuki rongga memeknya, digoyangnya kontolku ke kanan dan ke kiri, kedepan dan kebelakang, berbutar seperti goyang inul…..dengan cepat dan disertai oleh hisapan dan jepitan memeknya. Akupun meringis dibuatnya, seakan ingin membalas perlakuanku yang tadi Yuli kian mempercepat goyangannya…. Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh……pinter banget kamu Yul, aku ingin setiap malam merasaakan himpitan memekmu dan goyangan ngebormu! Desahku memujinya. Dan sudah bisa ditebak, goyangan ngebornya membuat kontolku kelojotan, seakan semua ototku mengejang dan 5 menit kemudian aku tidak dapat menahannya….. CROT….CROT….CROOOOOOOOTTTTTTTTTTTTTTTTTT………. Spermaku menyembur sejadi-jadinya memenuhi ruang dimemeknya, membuat Yuli terperanjat dari buaian kenikmatan. “kok dikeluarin di dalam sih mas? Tanya Yuli agak panik Aku langsung menarik tubuhnya kepelukanku dan melumat bibirnya bertubi-tubi, meredakan kepanikannya. “maaf sayang, goyangan kamu dahsyat banget….ini pertama kalinya aku nyemprot cepet dan gak bisa nahan” kataku memuji dan merayunya. “cepet bagaimana, tuh lihaat hampir jam 1…. jawabnya sambil menaruh kepalanya di dadaku! Entah karena kecapean ato karena nyaman, kami ketiduran hingga menjelang subuh dalam keadaan setengah sadar aku melihat Yuli buru-buru bangun dan pergi kekamar suaminya dengan satu kecupan manis di keningku. Kepuasan Ngecrot Memek Bu Lurah Jembut Lebat by – Cerita Dewasa, Cerita Seks Hot, Cerita Mesum, Cerita ngewe, Cerita Panas, Cerita Ngentot, Kisah Pengalaman Seks, Cerita Porno, Cerita Bokep indo. Iaditinggal mati suaminya 3 tahun lalu. Dan sekarang hidup sendiri dengan dua orang anaknya, cewek semua. Nama anaknya Irma dan Yulita. Tante Nisalah yang menganjurkan agar aku menginap saja di rumahnya, jadi kalau hari sabtu dan minggu baru pulang. Ibuku bisa mengunjungiku kapan saja.
pada suatu hari aku menjemput anakku disekolahnya, disana terdapat warung kecil yang menjual aneka makanan dan lauk pauk, penjualnya seorang ibu ibu STW, umurnya berkisar sekitar 50 tahunan. Kadang saya sembari menunggu pulang jemput anak sekolah, saya sempatkan mampir ke warungnya sekalian beli lauk untuk makan siang anakku. Saya ngobrol banyak dengan ibu penjualnya yang bernama bu Wardani. nampaknya iapun senang mengobrol juga. Buktinya kalo aku lewat tapi tidak sempat berhenti mampir ia selalu memanggil.. “mampir dulu pak..”. dari obrolan ringan itu.. akhirnya aku tau kalau beliau sekarang sudah lama sekali menjanda, dan usianya ternyata sudah 55 tahun. anaknya cuma 2 dan itupun tidak tinggal di sini tapi di kota Bandung dan Surakarta. Ia sendiri tinggal ditemani menantu dan cucunya. Untuk orang seusianya beliau termasuk menarik, karena terlihat dari penampilannya selalu necis walau masih pakai produk dulu seperti pake jarit dan kebaya. Tadinya saya sih nanggapinya biasa2 saja, tapi lama2 kok sepertinya bu Wardani ini ada yang beda, gimana gitu.. ini terlihat dari ekpresinya, walapun masih seperti tetap menjaga imagenya, tapi feelingku mengatakan bu Wardani ini masih bisa “dipakai”. Wah… mengapa tidak dicoba.. siapa tahu dewi fotuna lagi bersamaku dan mulailah otak mesum ku bepikir kotor“ bu Wardani.. omong2.. jam berapa nih kalau belanja.. ini pagi2 gini semua masakan sudah siap?”“aah Pak Jagra… lha wong dagang gini saya biasanya belanja sore atau siang..untuk keperluan besok harinya, terus baru malem jam 8 ke atas semua saya masak… selesai kira2 jam 10 atau 11 baru tidur.. terus bangun lagi jam 4 atau jam 5… gitu rutinitasnya ibu”“terus kalau belanja ibu sama siapa?”“ya.. sendiri lah.. wong pasarnya juga nggak jauh cuma di selatan itu lho di pasar stan.. khan jam siang sudah mulai rame sampe malem..”“waah.. nggak repot tuh belanja sendiri bu?”.“ya ndak laah.. wong sudah biasa, tinggal pake motor kok”.aku terdiam.. mikir.. apa lagi ya… buat mengarahkan pembicaraan.“heeh.. kok diem aja.. jangan banyak melamun lho… kemarin ayam saya melamun terus mati tuh.. ketabrak motor.” godanya.“ealah bu.. aku kok disamain ayam sih…” protesku“habis… Pak Jagra jantan siih mirip ayam jagoku”Deeg… tiba2 langsung timbul ide cemerlang untuk melanjutkan sex pembicaraannya di skip aja ya lagi males nulis langsung ke proses eksekusinya aja! Bila anda idung belang pasti know lah prosesnya kaya gimana Paku bingung mau dibawa kemana. Singkat cerita gini.. o ya akhirnya aku ingat kalau kantor khan punya mess yang bisa disewa. aku bawa aja ke sana, kebetulan aku kenal baik dengan pengelola dan penjaganya. aku bilang padanya”pri.. ada kamar kosong nggak.. ini budeku mau nginep sembari transit.. soalnya pesawatnya baru berangkat malem. yaa mau istirahat biar nggak cape”“O.. ada mas…di kamar 5 aja sudah saya siapkan handuk dan sabunnya di dalem..”wooow kamar 5.. itu khan kamar yang mojok dan lumayan luas di dalemnya sudah dilengkapi kamar mandi.. wah pucuk cinta ulam tiba“yaa.. aku ambil deh....nieh buat rokok kamu” kataku sambil ngasih uang 15 ribuan..Biar nggak kentara banget.. sengaja aku tinggal bu Wardani di kamar duluan. sementara aku keluar membeli makanan dan minuman ringan. kemudian aku kembali lagi setelah memarkirkan mobilku di tempat yang teduh. akupun masuk kamar yang sudah dingin karena AC. Ternyata bu Wardani baru selesai mandi. wah kelihatan segar dan beda gitu.. apa karena mataku sudah terkontaminasi nafsu ya?. Akupun menaruh minuman sembari bilang ke bu Wardani kalau akupun juga mau mandi dulu biar segar. Selesai mandi sengaja setelah handukan aku tidak memakai baju alias telanjang .. langsung menghampiri bu Wardani yang sedang asyik nonton tipi diatas kasur.. aku tumbruk ia.. terus aku cium dirinya.. ia cuma ah..uh saja…“aduuh.. Pak Jagra sudah lama ibu tidak merasakan seperti ini….ayo… bikin ibu puas..”tanpa ba bu lagi segera aku lucuti bajunya.. rupanya ia sudah tidak memakai daleman lagi, sehingga makin memudahkan gerakannku.. sejurus kemudian dihadapanku terlihat seorang wanita yang telanjang bulat.. walaupun tidak seindah gadis.. namun bu Wardani rajin merawat tubuhnya.. sehingga kesan nenek2 yang keriput tidak nampak… cuma yang terlihat susunya sudah turun.. mirip2 pepaya.. aah peduli amat. di selangkangannya masih terlihat hutan yang lumayan lebat dengan warna yang sudah tidak hitam legam tapi diselingi warna putih… wow aneh..Kalau rambut atasnya sih masih hitam. mungkin karena rutin disemir.. Tapi asyik juga lihat pemandangan langka dan eksotik gini. Akupun langsung memainkan jurus pemanasan dengan mengenyot 2 tombol on di dadanya… seperti mainan yang baru di charge tak lama kemudian suara desahanannya terdengar lembut.. membuat aku makin ngaceng aja…sambil berbisik aku bilang “bu Wardani.. memek nya aku mut yaa…mau yaaa…?”“terserah Pak Jagra aja.. pokoknya bikin aku puas…”segera aku merosot ke selangkangannya dan kujilat itilnya yang sudah keriput tapi bersih habis mandi…Aku mainkan lidahku menyusuri bibir kemaluan kiri kanan dan tengah… aku lanjutkan sampai mendekat lobang anusnya…bu Wardani makin bergerak tidak karuan..rupanya karena sudah menopose sehingga pelumas memeknya sudah sedikit.. namun aku sudah menyiapkan jelly pelumas yang akan aku pake nanti aja. serangan aku intensifkan sambil tanganku mengusap paha dalam, aku serang kembali bagian tengah belahan vaginanya. aku mainkan lidahku masuk keluar lobang gawuk. aku hisap dan aku goyangkan itilnya yang sudah mulai menonjol keluar.. rupanya itilnya mudah keluar dan terlihat cukup menonjol.. sehingga gampang dihisap. ia nampaknya makin terangsang karena sekarang gerakan pahanya mulai menjepit kepalaku dan makin kencang aja jepitannya seiring dengan hisapanku. tiba2 kakinya di tumpangkan di bahuku dan terasa tegang sekali pahanya di kepalaku dengan diiringi dengusan dan jeritannya… nampaknya ia sudah orgasme karena setelah itu jepitan pahanya mulai mengendor….Akupun kembali bangkit dan mengelap bekas ludahku yang berleleran disekitar mulut dan mengelap di pepeknya bu Wardani..Sementara itu bu Wardani nampak lemas sembari merem di ranjang. Akupun segera mengolesi kontolku dengan jelly pelumas buatan durex…dan kudekati bu Wardani sambil kucolok-colok memeknya dengan jariku yang juga sudah kuberi peluamas. sambil kucium dari samping aku berbisik…”bu Wardani.. sekarang giliranku dipuasin”ia melek kembali terus kamipun berciuman.. memainkan lidah didalam mulut.. nikmat bener..akupun mengambil posisi diatas bu Wardani.. terus aku arahkan tongkolku ke memeknya dengan dipandu dipegang bu Wardani agar masuk ke lobang pintu itilnya.. setelah terasa agak masuk.. pelan2 aku masukkan tongkolku.. agak seret awalnya.. aku tarik lagi dan coba aku masukkan lagi… agar pelumasnya melumasi bagian lobang pintu masuknya.. aku masukkan lagi lebih dalam.. akhirnya gerakan keluar masuk tongkolku dah lancar..aku gerakkan mirip mompa terus aku ngeden agar kepala tongkolku membesar di dalam sambil aku tarik keluar.. terus aku dorong lagi masuk.. gerakan yang berulang ini mengakibatkan nafsu bu Wardani timbul lagi… ternyata walaupun dah berumur.. otot dalam vaginanya masih berfungsi baik.. terasa di tongkolku ada perlawanan seperti jepitan yang makin lama makin enak… kaya pepek Madura nyedot gitu hihihihi menyebabkan kedutan di batang tongkolku dan menjalar kearah paha dan anusku…“ayoo.. Pak Jagra.. ibu sudah mau kerasa lagi … genjot lagi..”waaah nggak tahan juga aku… aku konsentrasi memikirkan hal lain agar tidak cepat keluar.. sambil tetap aku pompa.. aku gerakkan pelan keluar masuk.. kemudian terasa seperti ada yang meremas dan menyedot batang dan kepala kontolku masuk kedalam.. uaaah enaaak tenan.. aku merasa bu Wardani makin mngencangkan pelukan dan melingkarkan kakinya di pinggangku.. sambil mendesah-desah…dan matanya terbelalak cuma kelihatan putih.. hitamnya udah tinggal separuh… gerakan badannya kayak kejang..akupun makin nggak tahan… dengan jepitan nikmat yang seperti setrum menjalar dari selangkangan keseluruh tubuh… akupun segera menuntaskan dengan semprotan mani.. yang kurasakan berkedut sampai 3 kali….akhirnya aku ambruk lemas tidur disampingnya…keringat membahasahi kami berdua.. terasa ada cairan lengket keluar dari memek nya membasahi sprei kasur.“hmmm aaah Pak Jagra… ibu puas banget …seumur-umur.. ibu belum pernah diemut gitu…yaa maklum lah pak.. orang jaman dulu mana mengenal emut-emutan. Pak Jagra mau khan nanti kalau ibu mau ngentot lagi…?”“yaa siaplah bu nanti kita pake aneka gaya yang belum ibu tau.. dan nanti diatur aja waktunya.. pokoknya hubungan ini tetap rahasia kita aja. o ya bu.. aku pengen lagi cuma kali ini bu Wardani yang gantian ngemut penisku ya…terus nanti maniku ditelan ya bu.. buat obat ibu..”“iih Pak Jagra.. ibu khan belum biasa…”akupun menerangkan caranya dan tekniknya… supaya giginya nggak ikut merusak rasa nikmat…rupanya bu Wardani cepet belajar.. awalnya memang agak kaku.. kemudian dengan bimbinganku berhasil. dengan tekun di jilat dan diemut seluruh area kenikmatan di selangkanganku.. sampai ke lobang anus… wowow.. sampai merinding aku dibikin nikmat…akhirnya pada puncaknya meletuplah pancaran spermaku dimulutnya.. dengan segera disedot dan ditelan semuanya..aahh nikmatnya…Akhirnya berakhirlah bobo-bobo nikmat dengan ibu STW ini.. kami mandi bareng dan kembali aku mengantar bu Wardani ke warungnya sambil membantu menurunkan sayuran yang kami beli di pasar. Besoknya kalau memungkinkan bu Wardani suka SMS ke hapeku ngajak lagi dengan kode “masakan sudah tersedia”. kalau aku luang waktu aku segera menjawab “siap dibungkus”. hal ini aku lakukan agar tidak dicurigai istri. dan sayangnya aktifitas ini hanya bisa kami lakukan siang hari saja setelah warung ibu ibu STW ini tutup baru aku bisa merasakan jepitan nikmat serta memek nyedot ibu STW!
Ceritasex bercinta dengan pak RT kampungku Cerita Aku sering sendirian dan banyak melamun membayangkan betapa hangatnya dalam sepi itu Mas Adit, begitu nama suamiku, ngeloni aku. Saat-saat seperti itu membuat libidoku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah seksualku, aku ambil buah ketimun yang selalu tersedia di dapur. ngentotsedarah dengan ibu kandungku para pembaca yang setia sebelum aku menceritakan cerita dewasa sex dengan ibu kandungku ini ijinkan aku memperkenalkan diri dulu namaku jimmy anggada putra usia 19 tahun dan saat ini tercatat sebagai mahasiswa sebuah universitas swasta terkenal di surabaya, download video bokep ibu CeritaSeks Bu Riska. Cerita Seks Tinggal di komplek perumahan memang banyak meninggalkan cerita. Gossip, polemik rumah tangga, persaingan keluarga dan masih banyak lainnya. Seperti yang terjadi pada tetanggaku ini. Sebut saja keluarga Mohan. Sebuah keluarga cukup berada di lingkunganku. Pak Mohan adalah pengusaha yang terbilang sukses, punya
Sesekalitanganku yang nakal akan meraba buah dada Ita yang selalu aku geramkan Cerita Dewasa : Memek Becek Bu Lusi tetangga ataupun Ibu RT> nah cerita tante girang kali ini adalah tentang seks dengan Ibu Rt yang seksi, sebagai ibu Rt yang mendampingi Pak rt, walau umur sudah cukup matang, penampilan tetap harus enak dilihat .
rwcxH0.
  • zbs42436e2.pages.dev/418
  • zbs42436e2.pages.dev/196
  • zbs42436e2.pages.dev/185
  • zbs42436e2.pages.dev/159
  • zbs42436e2.pages.dev/324
  • zbs42436e2.pages.dev/376
  • zbs42436e2.pages.dev/274
  • zbs42436e2.pages.dev/253
  • cerita dewasa bu rt